telusur.co.id - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menggencarkan program optimalisasi lahan berupa Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), pembangunan pintu air serta gorong-gorong yang dapat melayani areal seluas 282 hektar. Program ini telah berdampak nyata, dan membawa keberkahan tersendiri bagi petani di desa Trimomukti, Kabupaten Lampung Selatan.
Sekretaris Gapoktan Sumber Makmur, Suwarno menjelaskan, sebelum adanya optimalisasi lahan yang dilakukan Kementan, mayoritas petani hanya bisa melakukan panen raya satu kali dalam setahun.
"Sebelum Opla (Optimalisasi Lahan) tuh, kami (hanya) bisa panen raya satu kali dalam setahun," ujar Suwarno dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/3/22)
Sebelumnya, kata Suwarno, saluran irigasi pertanian kurang bekerja secara maksimal. Sehingga pada saat musim hujan banyak lahan petani yang terendam air.
"Kalau musim penghujan, sudah pasti gagal panen. Karena (tanaman) terbawa banjir, dan air itu naik hingga ke lahan kami," katanya.
Sedangkan, sambungnya, pada waktu musim kemarau petani kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bagi pertaniannnya. Namun, setelah hadirnya program optimalisasi lahan oleh Kementan untuk memperbaiki saluran irigasi, para petani tidak perlu khawatir saat musim penghujan dan kemarau.
"Alhamdulillah, sejak adanya perbaikan saluran irigasi, dalam setahun bisa panen dua hingga tiga kali. Tentunya (hal tersebut membawa) manfaat bagi kami," tuturnya.
Seperti diketahui, optimalisasi lahan merupakan salah satu langkah strategis dalam mengantisipasi kekurangan lahan untuk memproduksi padi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktifitas lahan sawah melalui penyediaan sarana produksi berupa pupuk, dan bantuan pengolahan tanah.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo juga terus mendorong agar lahan pertanian yang ada dapat dioptimalkan secara maksimal. Dia menilai optimalisasi lahan pertanian sangat penting untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Sejauh ini, kata Syahrul, ada dua tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian, yaitu cuaca dan juga krisis akibat pandemi. Namun kedua tantangan tersebut bukan alasan untuk tidak berproduksi, mengingat pertanian sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi dan mekanisasi.
"Cuaca yang panas dan dingin itu harus kita hadapi, begitupun dengan hama. Sesudah hama tentu saja yang terakhir yang tidak kita harapkan adalah bencana alam. Kalau tiga-tiganya mampu diantisipasi, pertanian kita tidak akan bersoal lagi," ucap Syahrul beberapa waktu lalu. (Ts)