Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) melaporkan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ke kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI.
“Rudiantara diduga telah melakukan tindakan berupa pernyataan yang terkait dengan pemilu, karena dengan jelas mengatakan kata ‘Nyoblos’,” kata pelapor dari ACTA, Nurhayati di Kantor Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (1/2/19).
Selain itu, kata dia, dengan menanyakan kepada Pegawai tersebut “Bu, Bu, yang bayar gaji Ibu siapa sekarang? Pemerintah atau siapa?,” serta “Bukan yang keyakinan Ibu?, merupakan imbauan atau seruan yang mengarahkan keberpihakan yaitu menggiring pola pikir untuk tidak mencoblos nomor 02 karena yang menggaji bukanlah keyakinan si Pegawai, namun adalah Pemerintah sekarang yang nota bene merupakan Paslon Presiden 01.
“Perbuatan Menkominfo Rudiantara tersebut patut diduga merupakan pelanggaran terhadap Pasal 282 jo 283 ayat (1) dan ayat (2) jo. 547 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu,” kata Nurhayati.
Adapun, pasal 282 tersbeut berbunyi: pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye.
Dan Pasal 283 berbunyi:
(1) Pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri, serta aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap Peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan, ajakan, imbauan, seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
Pasal 547
Setiap pejabat negara yang dengan sengaja membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta Pemilu dalam masa Kampanye, dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
“Oleh karena itu kami melaporkan Menkominfo Rudiantara kepada Bawaslu RI untuk dapat di ditindaklanjuti mengenai dugaan pelanggaran Pemilu.”
Adapun, barang bukti yang dibawa adalah beberapa berita dari media online dan rekaman di dalam flashdisk yang komplit berdurasi sekitar 3-5 menit.
“Kami punya bukti detik mana beliau menyatakan tentang nyoblos, kata siapa yang gaji, itu kan ada tindakan, anjuran. Di situ tindakannya menggiring, ada yg menguntungkan, ada yang merugikan bagi salah satu paslon,” katanya.
Diketahui, pada tanggal 31 Januari 2019 bertempat di Hall Basket Senayan, Jakarta, Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika dalam acara Kominfo Next, mengatakan pemilihan desain sosialisasi Pemilu 2019 tidak terkait Pemilu Presiden 2019, Menkominfo Rudiantara pun menyuruh audience memilih 1 atau 2.
Kemudian Menkominfo Rudiantara pun mengatakan yang nyoblos nomor 2 maju kedepan. Lalu seorang Pegawai maju dan Rudiantara menanyakan alasan ibu tersebut, ibu tersebut mengatakan
“Bismillahhirrahmanirrahim, mungkin terkait keyakinan saja Pak. Keyakinan atas visi misi yang disampaikan nomor dua, yakin saja,”.
Rudiantara mengatakan, pertanyaannya menyangkut desain stiker dan bukan pilpres 2019. Berikutnya, dia memanggil orang lain yang memilih desain pertama. Orang itu kemudian menjawab desain stiker pertama lebih cerah.
“Saya terima alasan yang nomor satu, tapi saya tidak bisa terima alasan nomor dua. Mohon maaf, ibu tidak bicara mengenai desain, terima kasih bu, terima kasih,” kata Rudiantara.
Rudiantara mempersilakan dua pegawai itu turun dari panggung. Namun saat mereka sedang berjalan, dia memanggil kembali pegawai yang memilih desain stiker nomor dua.
“Bu, Bu, yang bayar gaji Ibu siapa sekarang? Pemerintah atau siapa?,” tanya Rudiantara. Pegawai itu pun menjawab. Rudiantara kemudian menimpali. “Bukan yang keyakinan Ibu? Ya sudah, makasih.” [ipk]