telusur.co.id - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ahmad Heryawan mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait serangan yang dilancarkan oleh Israel ke Gaza meskipun telah disepakati gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Lantaran tindakan Israel tersebut tidak hanya melanggar kesepakatan internasional, tetapi juga mengancam upaya perdamaian yang tengah diusahakan.
Sebagaimana informasi bahwa Gaza diserang oleh Israel pada Selasa (18/3/2025) hingga Rabu pagi, setidak 404 orang tewas dan 562 cedera, bahkan diperkirakan Jumlah korban bertambah, karena masih banyak warga Gaza tertimbun di antara puing akibat pengeboman Khan Younis oleh pesawat nirawak Israel.
"Kami sangat prihatin dan mengecam keras serangan Israel ke Gaza di tengah berlangsungnya gencatan senjata. Tindakan ini jelas-jelas melanggar kesepakatan yang telah dicapai dan mengancam stabilitas serta upaya perdamaian di wilayah tersebut." ujar Kang Aher kepada para awak media.
Lebih jauh, menurut Anggota F-PKS DPR RI Periode 2024-2029 daerah pemilihan Jawa Barat 2 ini bahwa serangan Israel terhadap Gaza di tengah genjatan senjata tersebut menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen Israel terhadap perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
"Kami mempertanyakan motif di balik serangan ini. Apakah ini menunjukkan ketidakseriusan Israel dalam menghormati kesepakatan damai? Ataukah ada agenda tersembunyi yang ingin dicapai melalui tindakan agresi ini?."Tegas Wakil Ketua Majelis Syuro DPP PKS ini.
Terakhir, Mantan Gubernur Jawa Bara dua periode ini juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan tegas guna menghentikan agresi Israel ke Gaza tersebut dan memastikan bahwa gencatan senjata dihormati oleh semua pihak. Selain itu, pentingnya perlindungan terhadap warga sipil yang menjadi korban utama dalam konflik ini.
"Komunitas internasional harus segera bertindak untuk menghentikan tindakan agresi ini dan memastikan bahwa gencatan senjata dihormati. Hanya dengan demikian, perdamaian yang berkelanjutan dapat terwujud di wilayah tersebut. Kita tidak boleh melupakan penderitaan warga sipil selalu menjadi korban dalam setiap konflik. Oleh karena itu, perlindungan terhadap mereka harus menjadi prioritas utama dalam setiap upaya perdamaian." Demikian Kang Aher menutup wawancara.