telusur.co.id - Beberapa suku asli yang bermukim di kawasan hutan Amazon berdoa agar kebakaran berhenti.
Di desa Feijo, Brasil Barat, perbatasan dengan Peru, orang-orang pribumi dari suku Shanenawa melakukan ritual untuk mencoba menemukan kedamaian antara manusia dan alam. Dengan wajah dicat, lusinan menari berputar-putar ketika mereka berdoa untuk mengakhiri kebakaran.
"Kami menginginkan kedamaian dan cinta," kata Tekaheyne Shanenawa, seorang pemimpin Shanenawa, dilansir dari Reuters, Senin (2/9/19).
"Damai, harmoni, dan pendidikan untuk menghentikan kebakaran yang telah menyerang Amazon."
Selama musim kemarau tahun ini, tercatat telah terjadi puluhan ribu kebakaran di hutan Amazon. Kebakaran ini yang paling banyak setidaknya satu dekade ini.
"Jika kebakaran berlanjut seperti semula, dalam waktu 50 tahun kita tidak akan lagi memiliki hutan yang berdiri," kata Bainawa Inu Bake Huni Kuin, pemimpin Shanenawa lainnya.
"Kita tidak akan merasa aman dengan apa yang kita miliki, dalam budaya kita, dalam bahasa kita, dalam lagu-lagu kita. Kami tanpa hutan, kami tidak akan bisa bertani, kami tidak akan bisa makan, tanpa tanah kami kami tidak akan bisa hidup. "
Sebagian besar Amazon terletak di Brasil, tetapi sebagian besar juga terletak di Kolombia dan Peru, di mana kebakaran juga telah terdeteksi. Jumlah suku Shanenawa sekitar 720 dan menghuni sekitar 23.000 hektar (57.000 hektar) tanah.
Mereka juga mengkritik pemerintahan Bolsonaro, yang mengaku tidak memiliki sumber daya untuk memadamkan api.
Sebagai anggota Kongres dan kandidat presiden sayap kanan, Bolsonaro menjadi berita utama atas komentarnya yang meremehkan tentang suku-suku India, dan sebagai presiden ia mengatakan bahwa terlalu banyak wilayah negara itu tidak produktif karena suku-suku asli memiliki hak khusus.
"Ritual kami berdoa untuk planet Bumi, agar selalu tetap sehat dan aman," kata Bainawa. "Kami berdoa untuk air ibu, untuk ayah matahari, untuk ibu hutan dan ibu bumi, yang hari ini merasa sangat terluka."[tp]
Laporan: Wawan Sukma Ikhwanudin