telusur.co.id - Anggota Dewan Kemanfaatan Iran, Mohsen Rezaei, memuji Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei karena secara langsung memimpin operasi militer Iran dalam konflik terbaru melawan Israel dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataannya hari Rabu, Rezaei mengungkap bahwa untuk pertama kalinya, Ayatollah Khamenei secara langsung mengambil alih komando operasional atas Angkatan Darat Iran dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) selama eskalasi militer besar-besaran yang terjadi bulan Juni lalu.
Meskipun dibantu oleh Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi (Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran) dan komandan Markas Besar Khatam al-Anbia, Ayatollah Khamenei disebut mengeluarkan perintah langsung kepada jajaran militer tertinggi selama operasi tersebut.
“Ini adalah momen historis dan strategis bagi Republik Islam,” ujar Rezaei. “Pemimpin Tertinggi tidak hanya memberikan arahan umum, tetapi benar-benar memimpin jalannya pertempuran, termasuk pengambilan keputusan atas target militer Israel.”
Iran disebut dengan sengaja membatasi skala serangan balasan mereka untuk menghindari eskalasi lebih luas, namun tetap memastikan kerusakan besar terhadap infrastruktur militer Israel. Target serangan termasuk pos komando, pusat radar, dan fasilitas strategis di wilayah pendudukan.
Rezaei memperingatkan bahwa jika Israel atau AS kembali melakukan agresi, maka respons Iran akan jauh lebih keras dan luas dari Operasi sebelumnya.
Konflik dimulai pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara besar terhadap fasilitas nuklir, militer, dan kawasan permukiman di Iran. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 930 orang, termasuk komandan tinggi militer, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.
Sebagai balasan, Pasukan Dirgantara IRGC meluncurkan 22 gelombang serangan rudal dalam operasi bernama True Promise III. Serangan itu menimbulkan kerusakan besar di berbagai kota utama Israel, dan dianggap sebagai serangan paling signifikan Iran terhadap rezim Zionis dalam sejarah konflik kedua negara.
Konflik dihentikan melalui gencatan senjata yang mulai berlaku pada 24 Juni. Meski demikian, pernyataan Rezaei menegaskan bahwa Iran telah mengirim pesan jelas: segala bentuk agresi tidak akan dibiarkan tanpa balasan.
Sumbetr: TNA