telusur.co.id - Dosen Universitas Negeri Jakarta, Dr Tuti Tarwiyah Adi mengatakan pembelajaran tatap muka, bila diizinkan kelak, mesti berlangsung secara interaktif dan inspiratif. Para guru harus mampu memberikan kegiatan sekolah yang menyenangkan di tengah kondisi menantang masa pandemi.
Maka itu, Tuti menyarankan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan kearifan lokal berbasis bahasa dan musik. Dasar hukumnya adalah UU No 32 Tahun 2009 tentang Kearifan Lokal. Jadi misalnya para siswa diajak memulai pembelajaran dengan menggunakan lagu-lagu daerah atau pantun atau pepatah. Sehingga para siswa juga lebih mengenal nilai-nilai tradisi dan kebudayaan bangsanya.
Kegiatan pembelajaran makin menarik siswa bila menggunakan musik atau lagu, karena banyak penelitian sudah membuktikan bahwa belajar dengan musik bisa mendorong kecerdasan anak-anak.
"Fitzgerald mengatakan meski banyak guru bukan musisi, dia mendorong para guru untuk mempergunakan msusik sebagai straategi instruksional," ucap Dr Tuti.
Pada kesempatan itu, Dr Tuti juga memaparkan cara pembelajaran tatap muka yang menyenangkan dengan menggunakan permainan tradisional Betawi, seperti congklak, cutik, lidi, dan bekel. Intinya, bagaimana keigatan belajar kala pandemi lebih menyenangkan dan berkarakter bagi anak, sambil melestarikan kebudayaaan bangsa.
Sementara Dr dr Syarief Rohimi Sp.A(K), dokter spesialis anak, menjelaskan, kondisi pandemi di Indonesia saat ini belum new normal, karena angka kematiannya masih tinggi dari rata-rata WHO. Maka itu, rencana pembelajaran tatap muka harus disikapi secara sungguh-sungguh. Data di dunia dan Indonesia, tidak sedikit anak-anak yang menjadi korban Covid-19, meski sebagian besar kasusnya tanpa gejala.
Ini dimungkinkan karena reseptor pada anak masih sedikit, sehingga tidak menunjukkan gejala seperti orang dewasa bila terpapar virus Covid-19.
Kasus Covid-19 anak Indonesia, kata Dr dr Syarif, adalah 1 dari 9 kasus positif Covid-19 anak berumur 0-1 tahun. Tingkat kematian anak per akhir November lalu mencapai 3,2 persen, tertinggi di Asia Pasifik.
"Jadi selain menerapkan protokol 3M, anak-anak kita mesti diajarkan cara mencuci tangan secara rutin dan benar," ujar anggota Dewan Pakar Gerbang Betawi ini. [ham]