Bulog Jangan Banyak Obral Janji, Segera Turunkan Harga Migor Curah - Telusur

Bulog Jangan Banyak Obral Janji, Segera Turunkan Harga Migor Curah


telusur.co.id - Perum Bulog diminta untuk tidak terlalu banyak berwacana atau obral janji terkait upaya normalisasi harga minyak goreng (migor) curah. Bulog sebaiknya langsung kerja ekstra mempersiapkan distribusi migor curah dengan baik agar sampai ke tangan masyarakat yang berhak. 

"Bulog jangan melulu tenggelam pada birokrasi dan koordinasi antar kementerian," kata Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, kepada wartawan, Jumat (13/5/22).  

Mulyanto juga minta Kemenperin dan Kemendag harus mempercepat proses kerja Bulog ini. Termasuk pengaturan kebijakan teknis dan koordinasi serta penyiapan pendanaan sebagai modal kerja pembelian migor dari produsen. 

Karena, argometer kebijakan pelarangan ekspor CPO berjalan terus dengan harga mahal yang harus dibayar Pemerintah.

"Amanat kepada Bulog kan sudah hampir tiga minggu (28/5), namun tata niaga migor curah di lapangan tidak memperlihatkan perubahan yang berarti. Migor curah masih langka dan harga masih jauh di atas HET," sindirnya.

Menurut data PIHPS (pusat informasi harga pangan strategis) Nasional per (12/5/22), harga migor curah masih bertengger di angka Rp 19.000,- per kg dengan HET sebesar Rp 15.500,- per kg.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR ini mengaku mendapat laporan di pasar muncul berbagai merek baru migor kemasan. Artinya, kemungkinan terjadinya re-packing migor curah menjadi migor kemasan sangat terbuka. 

Belum lagi peluang terjadinya penyimpangan migor curah ke pihak yang tidak berhak, seperti industri makanan dan minuman, perhotelan serta pariwisata.

Selain itu dari sisi produksi juga tidak jelas, berapa banyak migor curah yang sudah digelontorkan. "Jangan-jangan masih jauh di bawah target komitmen yang ditetapkan. Sementara penyelundupan CPO dan turunannya ke negara tetangga makin marak." 

Jik hal ini benar, maka menjadi wajar saja kalau harga migor curah belum juga turun, meski pelarangan ekspor CPO sudah lewat tiga minggu.

Sementara, lanjut Mulyanto, para petani sawit rakyat sudah berteriak, bahkan menyatakan akan berdemo ke istana, karena harga tandan buah segar (TBS) mereka yang anjlok hampir Rp 1000 per kg di saat harga pupuk yang tinggi.  

"Belum lagi devisa negara hilang per hari sekitar Rp 1 triliun dari potensi ekspor CPO dan turunannya," tutupnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar