telusur.co.id - Penceramah Bahar bin Smith muncul sebagai fenomena cara berkomunikasi seorang ulama di dalam masyarakat Indonesia. Nama Bahar semakin viral usai melontarkan ujaran yang diduga bernada kebencian terhadap KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Hal tersebut bermula dari ujaran Dudung dalam podcast Deddy Corbuzier yang mengatakan "Tuhan bukan orang Arab." Hal tersebut jadi pemantik Bahar melontarkan ujaran yang diduga bernada kebencian saat ceramah di hadapan jamaahnya.

Menanggapi hal tersebut, pengamat komunikasi Bayquni mengatakan, polemik yang ramai ini seharusnya tidak perlu terjadi, andaikata Bahar mau melakukan tabayun kepada Jendral Dudung.

"Sebagai seorang ulama, seharusnya Habib Bahar itu melakukan tabayun atau konfirmasi kepada Pak Dudung," ujar Bayquni dalam keterangan tertulisnya, Kamis (30/12/21).

Sebagai pendakwah dan pejabat publik, kata Baiquni, kedua tokoh ini dapat lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan di hadapan publik. Jangan sampai pernyataan yang dilontarkan malah memicu polemik di masyarakat.

"Sebagai seorang ulama, Bahar harusnya menyampaikan pesan yang menyejukan dan menenangkan kepada jamaah. Bukan malah membuat situasi menjadi panas," ucap pengamat dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama) ini.

Menurut Bayquni, sebagai penceramah yang memiliki pengaruh, Bahar seharusnya dapat lebih menjaga lisannya, sehingga persatuan tetap terjaga. Dalam komunikasi organisasi ada yang disebut opinion leader.

"Habib Bahar sadar bahwa dia adalah opinion leader, sehingga langkah melakukan tabayun perlu dilakukan," terangnya.

Lebih jauh Bayquni menyebut, pola komunikasi publik para tokoh perlu diperhatikan. Jangan sampai apa yang diucapkan justru menjebak diri sendiri.

"Kalau kata pepatah, Mulutmu harimaumu. Akan lebih baik jika siapapun orang itu, bisa mengendalikan mulutnya, lidahnya dalam menyampaikan pesan." pungkasnya. (Ts)