telusur.co.id - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan Indonesia memiliki posisi geografis yang strategis di antara Benua Asia dan Benua Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang perairannya dilintasi 40 persen jalur perdagangan laut dunia. Menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' yang akan menarik bagi beragam kepentingan global. Baik dalam aspek positif yakni potensi kerjasama dan kemitraan. Ataupun aspek negatif yaitu tergerusnya ketahanan ideologi dan budaya, pengaruh dan infiltrasi serta ancaman keamanan maritim
"Posisi Indonesia sebagai negara yang majemuk dan kaya akan sumberdaya, membuat bangsa Indonesia rentan terhadap perpecahan. Karenanya, soliditas kebangsaan adalah sebuah keniscayaan dan sebuah harga yang tidak bisa ditawar-tawar lagi," ujar Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) atau Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Kebumen dalam kunjungan Dapil-7 Jawa Tengah hari ke-3 di Kebumen Jawa Tengah, Sabtu (20/1/24).
Hadir antara lain Bupati Kebumen Arif Sugiyanto, Sekda Kebumen Edy Rianto, Penasehat PWRI Kebumen Marmoat Atmojo, Ketua PWRI Kabupaten Kebumen Hayatmu serta Sekretaris PWRI Kabupaten Kebumen Saksono.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, pembangunan wawasan kebangsaan menjadi kata kunci dalam menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan zaman, tentunya tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut akan semakin kompleks dan dinamis.
"Sampai pada titik ini, tentunya kita memiliki kesepahaman mengenai urgensi wawasan kebangsaan. Di sisi lain, mentransformasikan gagasan wawasan kebangsaan dari alam konseptual menjadi sebuah realita, tidak semudah yang kita narasikan. Pembangunan wawasan kebangsaan bukanlah upaya yang instan, melainkan harus dilaksanakan secara masif agar dapat menjangkau segenap elemen masyarakat dan berkesinambungan agar mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari," kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD ini menerangkan, membangun wawasan kebangsaan menuntut adanya kesadaran yang mendalam, kesungguhan niat, komitmen yang kuat, serta semangat kolektivitas yang tinggi. Artinya, kunci sukses pembangunan wawasan kebangsaan akan sangat tergantung pada keberpihakan dan dukungan dari segenap pemangku kepentingan. Sehingga setiap elemen masyarakat memiliki andil dan tanggungjawab yang sama.
"PWRI sebagai organisasi tempat berhimpunnya para abdi negara yang telah purna bakti, memiliki peran penting dan strategis dalam pembangunan wawasan kebangsaan. Karena gagasan wawasan kebangsaan senantiasa melekat dan mewarnai setiap akitivitas abdi negara, sehingga telah mendarah daging dan menjadi urat nadi bagi setiap abdi negara," urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, semangat pengabdian pada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara, tidak akan terhenti oleh status purna bakti. Status purna bakti bukanlah akhir pengabdian. Justru setelah purna tugas, para abdi negara purna bakti semakin memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk mengabdi dan berkontribusi secara langsung pada setiap kegiatan kemasyarakatan.
"Saya sangat mengapresiasi banyaknya anggota PWRI yang mengabdikan diri sebagai Ketua RT, Ketua RW, menjadi tokoh masyarakat, tokoh agama, atau peran-peran sosial lainnya. Aktivitas segenap anggota PWRI yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat akan menjadi generator dan sekaligus dinamisator dalam pembangunan wawasan kebangsaan di tengah-tengah masyarakat," pungkas Bamsoet.[]