telusur.co.id - Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta menyatakan kesiapan mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG), terutama terkait pengelolaan sampah organik/food waste. Dukungan ini mencakup penanganan sampah organik dapur (SOD) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hingga ke sekolah-sekolah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, hal ini bertujuan untuk memastikan sampah organik dapat dikelola secara efektif dan dimanfaatkan secara optimal.
"Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke penggiat Biokonversi Magot Black Soldier Fly (BSF)," ujar Asep di Jakarta, Rabu (8/1/25).
"Untuk SPPG yang memiliki lokasi cukup luas seperti Dapur Sehat Anak Bangsa (DSAB) Halim dapat mengupayakan kegiatan pengurangan sampah di lokasinya, tentu dengan memperhatikan aspek hiegenitas dapur,” sambungnya.
Untuk sampah sisah makanan di sekolah-sekolah, Asep menyampaikan, akan disalurkan ke bank sampah dan komunitas pegiat Biokonversi Maggot BSF untuk diolah menjadi produk bernilai dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan mekanisme pengelolaan sampah organik dengan melibatkan berbagai pihak. Sampah dapur seperti kulit buah, sisa sayuran, dan bahan organik lainnya di SPPG akan difasilitasi penanganannya.
Adapun sisa makanan dari sekolah, seperti kulit buah atau sisa makanan yang tidak habis, akan dikumpulkan secara terpisah untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan maggot atau bahan pembuatan kompos.
Lebih lanjut, Asep mengungkapkan bahwa pihaknya memaksimalkan peran bank sampah dan komunitas pegiat Biokonversi Maggot BSF yang tersebar di Jakarta untuk mengelola sampah organik dari program ini.
"Kami ingin memastikan bahwa sampah organik dari program Makan Bergizi Gratis tidak hanya terkelola dengan baik tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan," tutur Asep.
Kendati demikian, dia mengimbau pihak sekolah untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya pengurangan sampah.
Edukasi tersebut bertujuan menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap dampak buruk “food waste”.
“Kami mengharapkan agar sekolah mengedukasi siswa agar membawa tumbler dan benar-benar menghabiskan makanan mereka dan hanya membuang sampah yang tidak bisa dimakan, seperti kulit buah. Dengan begitu, food waste bisa ditekan, dan kita dapat mengelola sisa sampah dengan lebih baik,” pungkas Asep.
Upaya ini pun diharapkan tidak hanya mampu mengurangi beban lingkungan akibat timbulan food waste, tetapi juga menjadi upaya edukasi terhadap lingkungan hidup sejak dini.
"Semoga model ini bisa menjadi percontohan bagi daerah lain untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis," imbuhnya.[Fhr]