Telusur.co.id - Oleh : Drs. H. Azkar Badri, M.Si
The RAWAS (Riset Apresiasi Warga Dan Sosial) Institute, Yayasan Pataka.
Di tengah kepanikan sekarang ini berjuang melawan Pandemi Covid 19. Rentang waktu bencana ini sudah lebih dari 1 tahun setengah lebih, jika diperhitungkan sejak Covid melanda Indonesia. Dana penanganannya sudah banyak dikeluarkan, lebih dari Rp 1000 triliun (sekitar Rp 1.035 T), dan untuk tahun sekarang dianggarkan Rp.600 triliun. Bukan jumlah yang sedikit. Korbannya sampai sekarang sudah mencapai 2.780.803 orang terpapar. Meninggalkan perkemarin sebanyak 71.397 orang.
Belum lagi berdampak kepada perekonomian Indonesia, banyak perusahaan gulung tikar dan hengkang. Pelaku UMKM kelas menengah ke bawah tengkurap dan tiarap. PHK massal tak terelakkan. Angka kemiskinan masyarakat meningkat.
Partisipasi masyarakat sudah mulai digerakkan. Perusahaan Obat harus bisa berkontribusi terhadap Tenaga Kesehatan, memberikan obat atau suplemen untuk tenaga kesehatan yang sedang berkerja keras sebagai ujung tombak memberikan pertolongan dan pengobatan kepada pasien yang terpapar maupun meninggal. Tanpa mereka ini tidak bisa dibayangkan. Kekurangan Tenaga Medis dan tempat pelayananpun sekarang sudah terasa.
Begitu juga Bantuan Sosial (Bansos) Gotong Royong sinyal dari pemerintah sektor ini mau digarap juga. Ini betul, sejauh mana kadar nasionalisme masyarakat, terutama bagi perusahaan-perusahaan besar untuk membantu kelas menengah ke bawah yang kesulitan ekonomi karena Pandemi.
Organisasi Keagamaan, PP Muhammadiyah sudah mengeluarkan Fatwanya, agar Hewan Qurban yang rutinitas disembelih dan dibagi dagingnya diganti dengan memberikan bantuan sosial kepada yang terkena dampak ekonomi.
Kerawanan sosial sudah mulai menghantui, pasti setiap orang tidak bisa menahan lapar berlama-lama. Keberingasan kelas ini sudah mulai tampak terutama di daerah-daerah. Di Rangkas Bitung perlawanan Emak-Emak pedagang pasar terhadap Pemerintah Daerah. Di Maluku mirip juga seperti itu. Di Pagar Alam penjarahan Bank, dan ada beberapa contoh terkini lain lagi.
Segala upaya telah dan tengah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Vaksinasi dan berkehidupan mengikuti standar Protokol Kesehatan sudah ditegakkan. Rumah ibadah sudah redup semaraknya, bahkan ada yang tutup sama sekali. Dimana-mana Bendera Kuning simbol pemberitahuan kematian terpasang. Media sosial, WhatsApp dan Facebook tak henti-henti pemberitahuan Inna lillahi wainnailaihi rojiun. Saudara, teman dan kita telah berpulang ke Rahmatullah.
Upaya penanganan Pandemi Covid sudah terhitung maksimal dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Namun tanda-tanda akan berakhirnya belum kelihatan. Masa penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) justeru sudah resmi diperpanjangkan pemerintah sampai akhir Juli 2021.
Konon setelah varitas Delta sekarang berakhir akan muncul varitas baru yang lebih dahsyat lagi, varian SARS-Cov dan terjadi Oktober sampai Desember nanti. Ini perhitungan manusia, dan waktunya masih panjang. Kapan berakhir dan betul-betul Indonesia terbebas dari bencana ini.
Ikhtiar manusia sebagai makhluk di muka bumi, baik dalam konteks medis, sosial dan ekonomi sudah dan sedang dilaksanakan. Namun sisi spritualitas, agama belum dilakukan secara maksimal perannya, masih belum menyeluruh, terkesan parsial. Diserahkan kepada Organisasi Keagamaan dan masyarakat masing-masing yang peduli saja. Memang rana ini hak-hak sipil. Tapi perlu juga didorong dari atas, pemerintah agar lebih terstruktur dan terukur terhadap upaya masyarakat dalam hal ini.
Bencana atau musibah, dalam pandangan agama adalah kehendak Allah, Sang Khaliq, Sang Malik. Pemilik jagat raya ini, karena semua milikNya, termasuk manusia itu sendiri. Bencana/musibah diturunkan/ditimpakan oleh Allah karena 3 kategori. Bisa berupa Teguran/Peringatan agar manusia cepat kembali mengingatNya. Bisa juga Ujian, untuk menguji sejauh mana tingkat atau kadar keimanan hambaNya. Atau juga bisa berupa azab atau kutukan terhadap manusia sudah melampaui batas.
Dalam konteks wabah atau Pandemi Covid ini, di zaman Nabi Musa diturunkan penyakit Tha'un. 70.000 orang dari Bani Israil meninggal lantaran yang bernama Zumri melakukan Zinah terlalu atraktif sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani. Perbuatan dianggap sudah jauh berlebihan.
Terlepas bencana Pandemi Covid masuk kemana dari ketiga kategori tersebut. Pendekatan spritualitas secara masif harus segera dilakukan dan difasilitasi oleh pihak pemerintah sampai jenjang unit terkecil, Rukun Tetangga (RT) dalam bentuk (paket) kegiatan Zikir, Do'a dan Permohonan Pengampunan yang dilakukan oleh masyarakat seluruh Indonesia setiap Malam Jum'at selama berlangsung Pandemi Covid. Tinggal lagi diatur teknisnya, mengingat tidak melanggar standar Prokes (Protokol Kesehatan) yang sedang digalakan.
Kosepsi Do'a, selain menyampaikan permohonan dan berharap penuh agar Allah cepat mengangkat Covid 19 dari negeri ini. Juga merupakan ibadah kepadaNya dan sekaligus pengakuan keEsaan Allah semata. Berati totalitas kita berserah kepada Dzat Pengatur Dunia ini dengan sebuah keyakinan tinggi, agar kita cepat keluar dari musibah besar ini. Pandemi Covid cepat pergi. Kata Allah, Berprasangka baiklah kamu kepada KU. Niscaya permintaan mu akan Ku kabulkan. Aamiin