telusur.co.id - Keputusan Fahri Hamzah yang mendukung anak dan menantu Presiden Jokowi di pilkada serentak 2020 mendapat respon beragam dari masyarakat dan warganet. Ada yang mendukung, ada juga yang menolaknya.
Bagi yang menolak, tentu akan mengkritik Fahri habis-habisan. Kritikannya pun bermacam-macam. Di dunia maya, akun @TukangKredit10 mengkritik dengan menyamakan Fahri dengan sosok Ali Mochtar Ngabalin. Ngabalin dikenal sebagai politisi yang gampang pindah-pindah dukungan. Tidak konsisten.
Masih dari unggahan @TukangKredit10, Fahri digambarkan sedang menggunakan udeng-udeng dikepalanya plus kacamata. Mirip sekali dengan apa yang dipakai oleh Ngabalin.
"Kulihat, sudah cocok kalinya Bang Fahri jadi Ngabalin. Lanjutkan Bang Fahri menuru Arah Baru bersama Fahri Baru," tulis akun @TukangKredit10.
Melihat dirinya disandingkan dengan sosok Ngabalin, Fahri tidak marah. Justru Fahri tertawa, menganggap hal itu biasa. Ia malah memuji foto dirinya disamakan dengan Ngabalin. "Gambarnya bagus," tulis Fahri dengan icon tertawa.
Pada prinsipnya, Fahri tetap pada pendapatnya bahwa dinasti politik adalah pewarisan dengan darah. Pilkada bukan pewarisan darah. Pilkada bukan dinasti.
"Saya pernah kritik Gibran, kalau maju pilkada bisa berakibat ke arah reputasi bapaknya. Sekarang terbukti rame kan. Tapi, tetaplah itu tidak mengubah makna teoritis terminologi dinasty yang terkait dengan pewarisan dengan darah," tandasnya. [ham]