telusur.co.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir berencana melakukan merger Garuda Indonesia, Citilink Indonesia dan Pelita Air Service.
Pilihan merger ketiga BUMN pada klaster penerbangan ini merupakan bentuk efisiensi terhadap Kementrian BUMN.
Merger ini merupakan kelanjutan setelah sebelumnya dilaksanakan pada sektor pelabuhan dan logistik. Dengan cara menggabungkan empat perusahaan Pelindo.
"Setelah melakukan rangkaian program efisiensi pada empat Pelindo, akan melanjutkan ke BUMN pada klaster lain, maskapai penerbangan. Saat ini, terdapat tiga BUMN yang bergerak di bidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air," ujar Erick melalui keterangan pers, ditulis Rabu (23/8/23).
Erick menjelaskan, maskapai dengan kode saham GIAA telah diselamatkan setelah nyaris dibubarkan. Hal ini dilakukan sebab Indonesia memerlukan flag carrier.
Melalui rangkaian restrukturisasi yang rumit, Garuda dapat diselamatkan. Erick menjelaskan ketika perusahaan tengah diperjuangkan, di waktu yang bersamaan telah disiapkan Pelita Air.
Hal tersebut bertujuan agar Indonesia tetap memiliki flag carrier nasional, apabila Garuda tidak dapat diselamatkan.
Erick juga memaparkan, Indonesia masih kekurangan sebanyak 200 pesawat. Perhitungan ini diperoleh melalui perbandingan anatara Amerika Serikat dan Indonesia.
Di Amerika Serikat Erick menyebut terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik. Di mana terdapat 300 juta populasi yang rata-rata pendapatan per kapita (GDP) mencapai USD 40.000.
Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP USD 4.700. Dengan itu Indonesia membutuhkan 729 pesawat. "Jadi perkara logistik kita belum sesuai," kata Erick.[Fhr]