GELATIK - Komitmen Kuat Orang Betawi Punya Museum Kebetawian - Telusur

GELATIK - Komitmen Kuat Orang Betawi Punya Museum Kebetawian

Gelatik Membahas Museum Kebetawian (Foto : IST)

telusur.co.id - Bicara tentang budaya Betawi dan sejarah Betawi tidak ada habisnya.  Keunikan tradisi dan sejarah ibukota negara ini menjadi daya tarik untuk dibahas.  Salah satu yang masih peduli keberlangsungan tradisi Betawi adalah Yayasan Budaya Firman Muntaco. 

Berkerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Yayasan Budaya Firman Muntaco, menggelar acara Gelatik ( Gelar Tiker Ala Betawi) di Gedung Serba Guna PBB Setu Babakan - Jakarta Selatan. 

Mengambil tema " Narasi Betawi di Museum Jakarta diskusi berjalan dengan santai. Selain soal museum juga membahas soal Batu Akik, kampung Emping, dan lain-lain. 

Acara di buka oleh Kepala UPK Setu Babakan Imron Yunus. Sebagai narasumber lain Gita Harianto dan sejarawan JJ Rizal. Hadir juga Ketua Gelatik, Untung Nafis. 

Dalam bincang santai itu Untung Nafis menerangkan,  kehadiran Gelatik akibat keresahan orang-orang Betawi atas segala permasalahan

"Ingin mengeluarkan pendapat sambil ngobrol diskusi dengan berbagai komunitas Betawi yang ada di Medsos. Akhirnya pada tahun 2014 sepakat kumpul di Condet, di motori oleh Fifi Firman, " kata untung,  dalam bincang santai yang digelar beberapa waktu lalu. 

Sementara itu, pembicara lain Gita Harianto dalam diskusi tersebut fokus soal keberadaan museum terutama terkait sejarah peninggalan Betawi. 

Menurutnya, museum adalah tempat menyimpan barang bersejarah, perjalanan suatu bangsa dan barang tersebut terus dipelihara oleh negara, demi anak cucu generasi bangsa mendapatkan edukasi informasi tetapi kalau cuma benda bersejarah saja tidak lah cukup.

"Harus ada ceritanya tentang benda-benda bersejarah tersebut. Terutama narasi dari orang Betawi  yang pasti menarik, jangan sampai lama-lama anak muda tidak tahu apa dan bagaimana cerita keterlibatan orang Betawi dalam membangun sejarah bangsa, " imbuh Gita. 

Sementara itu sejarawan, JJ Rizal menambahkan, narasi Betawi sampai hari ini kedengerannya masih sayup-sayup di Jakarta. Yang ada hanya bangunan megah. Tapi itu bangunan tidak bersuara, suara itu adalah narasi. 

"Narasi di setiap Museum di Jakarta masih sayup-sayup seperti di Museum MHT ( Muhammad Husni Thamrin ). Kenapa di dalam Museum MHT ada replika pengantin Betawi, ?," tanya JJ. 

MHT  dikenal sebagai Pejuang Betawi kemudian jadi Pahlawan Nasional peran serta nya sangat besar. MHT memperjuangkan sanksi buruh 'peonale sanktie' bersuara sampai ke luar negeri sehingga hal tersebut di hapuskan. 

MHT memperjuangkan sekolah pribumi Taman Siswa. Sekolah pribumi yang di perjuangan MHT ( karena wakti itu sekolah pribumi dilarang Belanda)

"Bagaimana bangunan bisa bersuara ? Apakah kita sudah menyiapkan?  Bangunan ada , narasinya tidak ada. 

Sama halnya dengan Kepala UPK Setu Babakan Imron Yunus.  Imron berbicara tentang komitmen kuat membuat museum yang menyimpan sejarah kebetawian. 

Menurtnya, museum di Jakarta banyak. Namun, yang menyimpan histori kebetawian belum ada. Kalau museum Muhamad Husni Thamrin atau MHT, berisi perjuangannya. 

"Kelemahan kita seorang Betawi di kasih tempat untuk ditinggalin bukan dijaga, dulu kumuh ini (museum MHT),  penuh preman ,lalu kita bicarakan sekarang jadi lebih baik," ujar Imron. 

Kalau bicara soal museum sejarah tidak full, sambung Imron, belum bercerita tentang sejarah kota Jakarta, malah banyak cerita masa penjajahan Belanda,  seperti di museum Fatahillah

"Pengen Betawi punya museum, dulu maunya museum artefak kebetawian. Kelemahannya kita sulit kumpulkan koleksi sejarah kebetawian, " paparnya. 

Dulu belum ada tata standar pamer kemuseum, ia mengaku mengarus status hukumnya. Persoalan inilah yang dianggap kelemahan orang Betawi. Dalam prosesnya,  Imron bikin surat tanda daftar usaha permuseuman. 

"2021 kita dipilih desa wisata (Setu Babakan) 50 desa terbaik 1831 seluruh Indonesia. Dan kita juga menamakan zona kampung MHT, " tutupnya. (Fie) 

 

 

 

 


Tinggalkan Komentar