Pidato kebangsaan oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto telah membantah tudingan politik “genderuwo” yang dituduhkan oleh pihak lain.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Hidayat Nur Wahid dalam diskusi bertajuk ‘Refleksi Malari, Ganti Nahkoda Negeri?’ di Kantor Seknas Prabowo-Sandi, Jalan Hos Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/1).
“Ada yang nuduh Pak Prabowo hadirkan politik ‘genderuwo’, pesimisme, menakuti. Tadi malam dengan amat sangat gamblang Prabowo-Sandi hadirkan fakta komitmen politik yang penuh optimisme, dan menolak pesimisme,” kata Hidayat.
Hidayat mengatakan, Prabowo mengutip pernyataan para pakar bahwa Indonesia akan bubar tujuannya adalah agar Indonesia tidak bubar. Supaya Indonesia bisa terlepas dari utang luar negeri dan mampu mensejahterakan rakyatnya.
“Itu optimisme yang disampaikan Prabowo dalam pidatonya,” ungkap Hidayat.
Menurutnya, pidato Prabowo yang merupakan visi dan misinya untuk Indonesia ke depan, begiti menggema dan menggelegar. Visi dan misi itu tidak lain adalah untuk menyelamatkan Indonesia dan untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan. Karenanya, Wakil Ketua MPR RI itu yakin Indonesia akan berganti nahkoda.
“Insya Allah akan berujung pada ganti nakhoda,” ucapnya.
Tak hanya itu, dia juga menilai visi dan misi yang disampaikan Prabowo merujuk pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Dikatakannya, Prabowo juga ingin menyatukan seluruh rakyat Indonesia dengam melanjutkan apa yang sudah dilakukan presiden-presiden sebelumnya mulai dari Soekarno hingga Jokowi.
“Kepemimpinan yang merangkul, mengakomodasi dan menyatukan. Itulah Pancasila. Persatuan Indonesia, bukan yang menuduh orang lain, mengotak-kotakan,” pungkasnya.[ham]