telusur.co.id - Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengunjungi langsung fabrikasi Pertashop di kota Bandar Lampung untuk keperluan distribusi BBM non subsidi Pertamax di wilayah Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Dalam kunjungannya, Kepala BPH Migas dan Tim didampingi oleh Project Manager PT. Glory Bumi Nusantara Rudi Hardiana, SAM Pertamina Lampung-Bengkulu Donny Brilianto, SBM Pertamina Lampung, Agung Keshara.
"BPH Migas bertanggungjawab mengawasi implementasi mini SPBU yang dibuat oleh Badan Usaha termasuk Pertamina, karena ini amanah UU Migas pasal 8 ayat 2 dan 4. Di mana BPH Migas selaku wakil pemerintah yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi ketersediaan dan Distribusi BBM di seluruh NKRI , BBM tersebut adalah BBM Subsidi (JBT, BBM Penugasan) juga BBP non subsidi," ujar Ifan sapaan karib M. Fanshurullah Asa melalui keterangan tertulisnya.
"Dengan adanya target Pertamina yang mau membangun di tahun 2021 sebanyak 10 ribu, bahkan Komisaris Utama (Komut) Pak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta jadi 12.00
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengunjungi langsung fabrikasi Pertashop di kota Bandar Lampung untuk keperluan distribusi BBM non subsidi Pertamax di wilayah Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Dalam kunjungannya, Kepala BPH Migas dan Tim didampingi oleh Project Manager PT. Glory Bumi Nusantara Rudi Hardiana, SAM Pertamina Lampung-Bengkulu Donny Brilianto, SBM Pertamina Lampung, Agung Keshara.
"BPH Migas bertanggungjawab mengawasi implementasi mini SPBU yang dibuat oleh Badan Usaha termasuk Pertamina, karena ini amanah UU Migas pasal 8 ayat 2 dan 4. Di mana BPH Migas selaku wakil pemerintah yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi ketersediaan dan Distribusi BBM di seluruh NKRI , BBM tersebut adalah BBM Subsidi (JBT, BBM Penugasan) juga BBP non subsidi," ujar Ifan sapaan karib M. Fanshurullah Asa melalui keterangan tertulisnya.
"Dengan adanya target Pertamina yang mau membangun di tahun 2021 sebanyak 10 ribu. Bahkan Komisaris Utama (Komut) Pak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta jadi 12 ribu, tentu hal ini sangat positif," sambungnya.
Ifan menjelaskan, BPH Migas mendukung langkah Pertamina untuk memperbanyak Mini SPBU/Pertashop karena beberapa hal:
1. Mengurangi konsumsi penggunaan BBM Penugasan (JBKP) Premiun RON 88.
2. Membuat masyarakat yang jauh dari SPBU bisa membeli dekat dari rumah dengan harga yang sama dengan SPBU.
3. Mengurangi secara alami Pertamini yang ilegal tanpa izin usaha niaga, dengan harga diatas harga SPBU, dan tidak ada standar safety dan teknis kalibrasi dari pemerintah.
4. Mengurangi emisi karbon di wilayah tersebut karena yang dijual Pertamax dengan RON 92
5. Menggerakkan UMKM di desa dan kecamatan , karena harga investasi membangun pertashop hanya berkisar Rp 300 sampai 500 juta dengan margin sekitar Rp 850 per liter.
Meskipun demikian, Ifan mengingatkan Pertamina juga Indomobil Exxon, dan badan usala Lainnya yang membangun Mini SPBU seperti Pertashop dan microsite. Bahwa Pembanguan di Mini SPBU tersebut harus dikaji dan disurvei daya jualnya.
"Karena kalau penjualannya BBM nya dibawah 400 liter per hari maka potensi besar Pertashop tersebut akan tutup karena tidak untung. Karena BEP (break event pointnya) 400 liter idealnya penjualannya mendekati 1000 liter per hari," jelasnya.
Dalam membangun Pertashop, kata Ifan, harus berjarak dengan SPBU minimal 10 km dan antar Mini SPBU 5 Km. Jika tidak BPH migas akan meminta membongkar atau dipindahkan lokasinya.
"BPH migas tidak mau terjadi pertashop juga microsite seperti kehadiran Alfamart dan Indomaret yang dibangun bisa bersebelahan. Karena wilayah Indonesia masih luas baik di tingkat desa atau kecamatan," katanya.
Lebih jauh Ifan menjelaskan, hal lain yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai target 12 ribu terlalu optimis, tetapi tidak didukung kemampuan fabrikasi juga pengadaan mobil truk tangki yang mensuplai BBM dari depo. Karena jika target 12 ribu setahun maka rata-rata produksi Pertashop sebulan 1.200 buah.
"Karena waktu tinggal 10 bulan, padahal Pertashop yang ada saat ini baru sekitar 1.000 buah itu juga dibangun sudah sekitar 2,5 tahun. Maka perlu sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak agar target tersebut dapat tercapai," tukasnya. (Fhr)
ibu, tentu hal ini sangat positif," sambungnya.
Ifan menjelaskan, BPH Migas mendukung langkah Pertamina untuk memperbanyak Mini SPBU/Pertashop karena beberapa hal:
1. Mengurangi konsumsi penggunaan BBM Penugasan (JBKP) Premiun RON 88.
2. Membuat masyarakat yang jauh dari SPBU bisa membeli dekat dari rumah dengan harga yang sama dengan SPBU.
3. Mengurangi secara alami Pertamini yang ilegal tanpa izin usaha niaga, dengan harga diatas harga SPBU, dan tidak ada standar safety dan teknis kalibrasi dari pemerintah.
4. Mengurangi emisi karbon di wilayah tersebut karena yang dijual Pertamax dengan RON 92
5. Menggerakkan UMKM di desa dan kecamatan , karena harga investasi membangun pertashop hanya berkisar Rp 300 sampai 500 juta dengan margin sekitar Rp 850 per liter.
Meskipun demikian, Ifan mengingatkan Pertamina juga Indomobil Exxon, dan badan usala Lainnya yang membangun Mini SPBU seperti Pertashop dan microsite. Bahwa Pembanguan di Mini SPBU tersebut harus dikaji dan disurvei daya jualnya.
"Karena kalau penjualannya BBM nya dibawah 400 liter per hari maka potensi besar Pertashop tersebut akan tutup karena tidak untung. Karena BEP (break event pointnya) 400 liter idealnya penjualannya mendekati 1000 liter per hari," jelasnya.
Dalam membangun Pertashop, kata Ifan, harus berjarak dengan SPBU minimal 10 km dan antar Mini SPBU 5 Km. Jika tidak BPH migas akan meminta membongkar atau dipindahkan lokasinya.
"BPH migas tidak mau terjadi pertashop juga microsite seperti kehadiran Alfamart dan Indomaret yang dibangun bisa bersebelahan. Karena wilayah Indonesia masih luas baik di tingkat desa atau kecamatan," katanya.
Lebih jauh Ifan menjelaskan, hal lain yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai target 12 ribu terlalu optimis, tetapi tidak didukung kemampuan fabrikasi juga pengadaan mobil truk tangki yang mensuplai BBM dari depo. Karena jika target 12 ribu setahun maka rata-rata produksi Pertashop sebulan 1200 buah.
"Karena waktu tinggal 10 bulan, padahal Pertashop yang ada saat ini baru sekitar 1.000 buah itu juga dibangun sudah sekitar 2,5 tahun. Maka perlu sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak agar target tersebut dapat tercapai," tukasnya. (Fhr)