telusur.co.id, Anggota Komisi XI DPR RI, Hj. Ela Nuryamah, S. Sos.I hadir langsung dalam acara Pre-Launching Buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian yang ditulis oleh Dr. Robert E Sudarwan dan Dr. Fatin Fadhilah Hasib, S.E., M.Si di Payungi Kota Metro, Lampung, Sabtu (7/9).
Dalam acara yang digelar secara kolaboratif oleh Ruang Kreatif Anak Muda Indonesia bersama GenPI Lampung dan komunitas Payungi tersebut, juga diadakan Seminar Keuangan dengan tema ‘Peran Strategis Masyarakat dalam Mengakselerasi Tingkat Literasi Keungan Nasional’.
Dalam kesempatan itu, Ela Nuryamah mengapresiasi para penulis buku Dana Abadi Pesantren Fondasi Kemandirian. Pasalnya, kata dia mereka telah menghadirkan sebuah literatur keuangan yang baik untuk pengelolaan dana abadi persantren berbasis waqaf.
Legislator asal PKB itu juga menambahkan bahwa literasi keuangan di era sekarang sangat penting, terutama bagi anak-anak muda.
“Anak muda harus cakap literasi keuangan. Mulai dari hal yang sederhana, seperti mengelola uang masuk dan keluar sehingga mereka dapat survive di tengah kondisi perekonomian yang sangat dinamis dan fluktuatif seperti saat ini," kata Ela Nuryamah.
Lebih lanjut, Ela menyampaikan bahwa literasi keuangan juga harus digeliatkan di setiap daerah, terutama di dalam pesantren yang memiliki dana waqaf. Tidak hanya diseminarkan, namun juga harus diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi produktif.
“Saya melihat, Payungi menjadi contoh gerakan baik dalam mewujudkan literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan dapat memberikan dampak bagi perekonomian warga setempat," ujar Ela Nuryamah.
Sementara itu, Robert selaku penulis buku sekaligus pengurus DPP Hebitren (Himpunan Ekonomi Bisnis dan Pesantren) memaparkan tujuan menulis buku tentang dana abadi pesantren yaitu sebagai refleksi dan strategi nyata untuk memperkuat lembaga pesantren di Indonesia.
Robert bersama rekan-rekannya di Hebitren ingin mewujudkan peran pesantren yang tidak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tapi juga sebagai institusi ekonomi yang mandiri.
“Saya melihat pesantren memiliki potensi besar dalam mengelola waqaf untuk dijadikan pondasi dalam membangun dana abadi pesantren. Waqaf bisa menjadi penopang utama kemandirian pesantren, memastikan lembaga ini tetap eksis, dan berkembang tanpa bergantung pada bantuan eksternal atau donor temporer," tegas dia.
Selanjutnya, Founder Payungi dan Dosen IAIN Metro Dharma Setyawan dalam paparannya memberikan banyak contoh gerakan ekonomi di masyarakat yang ia gagas dan gerakan.
Gerakan tersebut seperti Payungi yang konsisten memberdayakan lebih dari 70 emak-emak selama 5 tahun terakhir telah menorehkan omset sebesar 15 miliar, lalu ada Kampung Pengangguran di mana warga setempat secara kolektif menanam berbagai jenis anggur dan melakukan budidaya maggot.
Selain itu juga ada Kampung Lebah, Keliling Metro dan gerakan ekonomi kreatif lainnya yang mendorong perekonomian warga.
“Literasi keuangan perlu ditransformasikan dalam bentuk gerakan nyata yang berdampak. Di samping itu, kita juga harus hadir di tengah-tengah warga untuk terlibat langsung dalam gerakan ekonomi lokal. Sehingga, mereka (warga) bisa berpartisipasi aktif dan menjadi penggerak bagi geliat perekonomian di daerahnya”, pungkas Dharma.
Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 100 anak muda kreatif yang ada di Lampung. Mereka merupakan anak-anak muda pilihan yang memiliki ide kreatif dan semangat dalam menumbuhkan gerakan ekonomi lokal.