Telusur.co.id -Oleh: Raisha Kinanti Putri dan Aan Afiah Mahasiswa Ilmu Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia.
Pertumbuhan emisi karbon dioksida setiap tahunnya merupakan hasil dari pemanfaatan sumber daya alam, terutama bahan bakar fosil serta perubahan penggunaan lahan. Pembakaran bahan bakar fosil akan menghasilkan produk migas berupa Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM), yang menjadi penyumbang utama emisi karbon dioksida dengan pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun, melebihi faktor perubahan penggunaan lahan. Sehingga, dapat diproyeksikan bahwa pemanfaatan bahan bakar fosil di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya jika tidak segera dilakukan proses mitigasi. Penggunaan teknologi modern yang mendukung pertumbuhan industri serta jumlah kendaraan bermotor juga berperan dalam peningkatan produksi BBM.
Di Indonesia, masyarakat mengidentifikasi emisi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) merupakan faktor penyumbang polusi udara tertinggi pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan, bahwa adanya penggunaan kendaraan bermotor berbasis BBM akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas udara di Indonesia dan dampak negatif lainnya yang dipicu oleh emisi kendaraan BBM yang berlebihan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia menggagas program Net Zero Emission (NZE), yaitu kondisi di saat jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah karbon yang diserap oleh bumi. Program ini berfokus pada transisi produksi energi saat ini menuju produksi energi yang lebih bersih untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan manusia dengan keberadaan alam. Keseriusan pemerintah terlihat dari kebijakan sistem energi Indonesia yang mengacu pada Paris Climate Agreement, yang mendorong inovasi berkelanjutan dalam penyediaan tenaga listrik di Indonesia.
Pada 23 September 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebagai National Focal Point United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), mengumumkan peningkatan ambisi pengurangan emisi gas rumah kaca melalui dokumen Enhanced NDC (ENDC) Indonesia. Salah satu upaya mencapai target penurunan emisi ini adalah dengan transisi dari fossil-fuel based transportation menjadi electric based transportation. Elektrifikasi kendaraan dipilih sebagai solusi utama karena kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang selama penggunaan yang dapat merusak kualitas udara dan kesehatan manusia.
Pemerintah Indonesia mendorong pengurangan penggunaan fossil-fuel based transportation melalui penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan, mengingat kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi langsung, berbeda dengan kendaraan konvensional berbasis mesin pembakaran internal yang menghasilkan gas buang berbahaya. Sebagai bagian dari upaya program tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Dalam upaya mempercepat transisi kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pengembangkan pembangunan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Untuk mencapai hal ini, Pemerintah yaitu PLN berkolaborasi dengan perusahaan swasta untuk mengembangkan dan mengelola infrastruktur charging station. Memastikan ketersediaan Charging Station adalah salah satu upaya menuju penggunaan energi yang ramah lingkungan dengan menggunakan kendaraan listrik, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Jakarta sebagai kota yang memiliki tingkat kepadatan kendaraan yang tinggi, memiliki kontribusi signifikan terhadap tingginya tingkat polusi udara. Dengan adanya ketersediaan charging station di wilayah Jakarta yang memadai, dapat menjadi harapan dengan beralihnya ke kendaraan listrik yang menjadi lebih ramah lingkungan. Charging Station menjadi komponen penting dalam upaya percepatan transmisi kendaraan listrik karena memudahkan pemilik kendaraan listrik untuk mengisi daya kapan saja dan di berbagai lokasi strategis, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan stasiun transportasi umum. Langkah ini diharapkan dapat mengatasi salah satu kendala dalam penggunaan kendaraan listrik yaitu kekhawatiran kehabisan daya saat berada di tengah perjalanan.
Namun untuk membangun jaringan SPKLU yang luas dan mudah diakses oleh masyarakat, pemerintah dan PLN tidak dapat bekerja sendirian. Kolaborasi dengan pihak swasta, seperti perusahaan energi, pengembang properti, dan penyedia teknologi sangat diperlukan. Dengan adanya kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan SPKLU dan memperluas jangkauan SPKLU. Saat ini sudah banyak SPKLU yang ada di wilayah Jakarta dan jumlahnya terus berkembang.
Meskipun upaya pengembangan SPKLU di Jakarta terus berjalan, terdapat beberapa tantangan utama yang perlu diatasi, terutama terkait penyediaan listrik sebagai sumber utama pengisian daya. Keterbatasan jaringan listrik menjadi salah satu tantangan yang dapat mempengaruhi pengembangan SPKLU di Jakarta. Oleh karena itu, PLN harus memastikan pasokan listrik yang cukup dan stabil untuk mendukung kebutuhan SPKLU. Selain itu, biaya investasi yang tinggi untuk pembangunan dan pemeliharaan jaringan listrik berdaya besar menjadi tantangan tersendiri. Diharapkan kolaborasi dengan pihak swasta dapat membantu meringankan beban biaya ini melalui investasi bersama.
Pemerintah juga berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan sebagai sumber utama listrik bagi SPKLU. Namun, integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan listrik memerlukan waktu dan infrastruktur yang lebih rumit. PLN dan mitra swasta perlu mencari cara untuk mempercepat transisi ini, seperti dengan memanfaatkan energi surya atau angin untuk beberapa SPKLU. Tantangan lainnya adalah pola konsumsi listrik yang tidak merata, di mana kebutuhan daya untuk charging station bervariasi sepanjang hari karena sebagian besar pengisian daya dilakukan pada waktu tertentu, terutama di malam hari. Hal ini dapat menyebabkan puncak konsumsi listrik yang harus diantisipasi agar kestabilan jaringan tetap terjaga.
Sebagai solusi, pemerintah dan PLN bersama mitra swasta telah menyusun beberapa strategi. Di antaranya adalah mengembangkan jaringan listrik berdaya besar di lokasi-lokasi strategis, membangun SPKLU dengan dukungan panel surya di beberapa tempat untuk mendukung energi bersih, serta memberikan insentif tarif bagi pengguna kendaraan listrik agar semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk beralih.
Dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah, PLN, dan pihak swasta, serta penerapan solusi inovatif, diharapkan tantangan-tantangan ini dapat teratasi. Ke depannya, Jakarta diharapkan menjadi kota percontohan dengan ekosistem kendaraan listrik yang maju dan berkelanjutan, mendukung target Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih.