Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan, penyebaran berita bohong alias hoaks semakin hari semakin meningkat. Rudiantara mengungkapkan, pada bulan Agustus 2018 ada 25 hoaks, September 2018 ada 27 hoaks, Oktober 2018 ada 53, November 2018 ada 63, Desember 2018 ada 75, Januari 2019 ada 175 dan Februari 2019 ada 353.
“Total sejak Agustus 2018 hingga Februari 2019 ada 771 hoaks,” kata Rudiantara saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional bertajuk Melawan Hoax untuk Menciptakan Suasana Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Media Sosial’, di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (28/3/19).
Rudiantara mengungkapkan, dari banyaknya hoaks yang beredar, yang paling banyak, yakni 23 persen, adalah hoaks berkaitan dengan politik.
“Ini ada kaitannya mungkin dengan tahun pesta politik. Makanya saya ajak karena ini dikatakan pesta politik, mana ada orang ke pesta ngajak berantem. Ke pesta itu kita fun, makan dan lain sebagainya,” ucapnya.
Karenanya dia berharap, untuk menjadikan Pemilu tanggal 17 April mendatang sebagai pesta, bukan mau berkelahi.
“Saya berharap juga nanti tanggal 17 April suasana begitu, suasana pesta bukan mau berantem,” terangnya.
Dalam menyikapi maraknya hoaks tersebut, dia menjelaskan, ada tiga hal yang dilakukan. Yakni dari pencegahan sebagai penindakan di hulu. Selain itu di tengah dan di hilir.
“Di tengah kami melakukan tindakan-tindakan di dunia maya, seperti kita informasikan ke publik setiap hari ada hoaks apa, hoaks of the day itu apa. Dan di hilir bekerja sama dengan polisi. Karena penindakan di dunia nyata dilakukan oleh aparat penegak hukum,” ungkapnya.
Rudiantara juga mengapresiasi media yang menyediakan kolom atau waktu khusus untuk bicara mengenai bagaimana menggunakan media sosial khususnya, maupun instan messaging dengan baik.
“Jangan lupa, modusnya itu posting dengan menggunakan medsos, akun yang dibuat seketika, tapi ketika diposting selesai dia screenshot, kemudian akunnya ditutup sendiri, diviralkan melalui instan messaging,” tandasnya.[asp]