Oleh: RICKY TAMBA, S.E.
(Jurubicara Jaringan ’98/ Fanbase Militan Prabowo-Sandi)
Setelah “Ad Hominem,” ada istilah baru “Fearmongering/ Scaremongering” yang dipopulerkan terus oleh buzzers gaje alias gak jelas. Artinya kampanye yang menimbulkan ketakutan, atau keresahan. Dituduhkan ke Capres 02 Prabowo Subianto, yang biasa pidato bergemuruh dan menyemangati rakyat agar terus berjuang bersama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta. Juga diframing ke Cawapres 02 Sandiaga Salahuddin Uno, yang dengan gaya santun funky milenials membuka berbagai problem riil negara dan rakyat kekinian.
Tuduhan tersebut adalah hal yang mustahal di era digital milenials, di mana semua rekam jejak dan pencitraan palsu akan mudah dilacak dan dibongkar. Saya gak mau masuk wilayah data statistik, karena bukan lembaga survei pabrik meme plintiran, ekonom handal tapi suka puja puji penguasa, politisi papan atas demagog parasit APBN, apalagi bagian dari taipan konglomerasi busuk penindas rakyat.
Yang menimbulkan ketakutan buat saya (semoga juga sidang pembaca) itu kalau uang negara terus-menerus dikorupsi elite busuk akibat hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Saya takut bila trilyunan kekayaan bangsa terus lari ke luar negeri akibat permainan modal asing dampak berbagai kebijakan nekolim ultraliberalistik, terlebih di era digitalisasi finansialisasi yang bisa menyesatkan.
Lebih menakutkan berbagai ketentuan impor pangan dibuka selebarnya sehingga mematikan hasil produksi petani lokal yang ujungnya merusak kedaulatan negara akibat ketergantungan akut. Yang paling menakutkan lagi, bila gegara tulisan-tulisan dan komentar-komentar kritis saya, bisa disasar dikriminalisasi seperti dugaan dan rumours yang berkembang menimpa ratusan ulama habaib dan kaum aktivis dalam beberapa tahun terakhir ini. Bla bla bla bla… (silahkan anda tambahkan dan isi sendiri).
Kata Paul Joseph Goebbels (Menteri Penerangan dan Propaganda Nazi anteknya Adolf Hitler), “Kebohongan yang dikampanyekan secara terus-menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan. Sedangkan kebohongan sempurna, adalah kebenaran yang dipelintir sedikit saja.”
Mengerikan banget banget banget bila pemilu sebagai mekanisme konstitusional dipenuhi kampanye politisi dan elite plus para cecunguknya dengan menggunakan metode hoaks fitnah, demi kepentingan pragmatisme sempit pemenangan junjungannya.
Kalau terus terjadi, apa guna Deklarasi Damai Pemilu 2019 di Jakarta, 23 September 2018 yang lalu, di mana KPU, Bawaslu dan para peserta Pemilu Rabu, 17 April 2019 telah sepakati, “Pelaksanaan kampanye pemilu yang aman tertib, damai, berintegritas, tanpa hoaks, politisasi SARA, dan politik uang?”
Jadi, mari para pendukung 02 Prabowo-Sandiaga bersama kita kampanyekan ide dan gagasan konstruktif demi pembenahan NKRI, mensosialisasikan figur Pak Prabowo dan Bang Sandi, menjelaskan secara tekun visi-misi Indonesia Menang door to door hingga pelosok pedesaan.
Dan ujungnya bersiap mencoblos 02 Prabowo-Sandiaga di lembar surat suara Pilpres di hari Rabu, 17 April 2019 wujudkan #2019PrabowoPresiden #IndonesiaMenang, dan sekalian berikan suara kita untuk memilih para caleg partai politik pendukungnya. Kawal terus jaga ketat surat suara C1 dan TPS, kalau perlu menginap bawa rantang seperti perintah Pak Prabowo.
Pemilu itu riang gembira, bukan suka fitnah dan hoaks. Berani jujur itu hebat. Damai itu indah….***