PKKMB Unusa 2025 Digelar Daring, Cetak Generasi Visioner dan Berintegritas - Telusur

PKKMB Unusa 2025 Digelar Daring, Cetak Generasi Visioner dan Berintegritas

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) resmi menggelar kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) secara daring pada Senin (1/9/2025). Foto: Humas Unusa.

telusur.co.id -Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) resmi menggelar kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) secara daring pada Senin (1/9/2025). Keputusan untuk mengalihkan pelaksanaan ke format online diambil sebagai respons terhadap situasi nasional yang tengah tidak kondusif akibat rangkaian demonstrasi di berbagai daerah.

“Mengingat kondisi di Surabaya khususnya dan Indonesia umumnya sedang tidak kondusif, sehingga keputusan ini diambil demi kenyamanan dan keamanan bersama,” ujar Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., dalam sambutannya saat pembukaan PKKMB.

PKKMB Unusa tahun ini mengusung tema “Empowering With VISION: Values Driven Innovation for A Sustainable Future”, yang bertujuan membentuk mahasiswa baru menjadi pribadi visioner dengan integritas tinggi serta kesadaran akan pentingnya inovasi berlandaskan nilai kebajikan.

Rektor menegaskan bahwa PKKMB bukan sekadar pengenalan kampus, tetapi juga menjadi proses pembentukan karakter mahasiswa baru. “Di Unusa mahasiswa baru akan ditempa menjadi manusia terbaik yang sebesar-besarnya dapat memberikan manfaat bagi sesama manusia. Kurikulum Unusa memungkinkan mahasiswa memiliki kompetensi menyeluruh. Terkait pengetahuan, keterampilan, dan attitude atau tata krama,” ungkapnya.

Kompetensi holistik ini diyakini sangat penting untuk menghadapi dunia kerja dan tantangan sosial yang semakin kompleks. Ia juga berpesan agar mahasiswa aktif dalam organisasi kemahasiswaan tanpa melalaikan aspek akademik. “Menjadi pribadi yang mencintai kebenaran dan tanah air, saudara-saudara harus aktif dalam kemahasiswaan namun juga jangan lalai dalam akademik,” tegas Prof. Jazidie.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kemampuan komunikasi, diplomasi, serta sikap saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat. “Kampus ini menjunjung tinggi pemimpin yang anti korupsi, kolusi, nepotisme, hingga pamer kemewahan di tengah penderitaan rakyat,” lanjutnya.

4.600 Mahasiswa Baru Ikut PKKMB

PKKMB 2025 diikuti oleh sekitar 4.600 mahasiswa baru, termasuk mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan sekitar 1.450 mahasiswa aktif dalam kegiatan daring. Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari peringatan hari jadi Unusa yang baru saja memasuki usia ke-12.

Dalam satu dekade terakhir, Unusa mencatat berbagai capaian strategis. “Di usia yang ke-10 tahun, Unusa jadi salah satu dari 100 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang terakreditasi Unggul, dari ribuan perguruan tinggi yang ada,” ujar Prof. Jazidie.

Selain itu, pada 2024, Unusa berhasil menempati peringkat 35 perguruan tinggi nasional versi Webometrics, serta masuk dalam klaster mandiri dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat—klaster tertinggi yang hanya dicapai oleh kurang dari 100 perguruan tinggi di Indonesia.

Unusa juga telah masuk dalam THE Impact Ranking, bersama 70-an perguruan tinggi lain di Indonesia, berkontribusi nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 3 (Kesehatan), 4 (Pendidikan Berkualitas), 5 (Kesetaraan Gender), 6 (Air Bersih dan Sanitasi), dan 17 (Kemitraan untuk Tujuan).

Dalam momen PKKMB, Rektor juga mengajak seluruh peserta dan panitia untuk mengirimkan doa bagi para korban demonstrasi. “Khususnya saudara kita Affan Kurniawan, Al-Fatihah,” ucapnya.

Ia turut membacakan ayat suci Al-Qur’an, surat Al-Maidah ayat 32, untuk menegaskan nilai luhur kehidupan dan pentingnya menjaga nyawa serta kemanusiaan.

Penanaman Jiwa Kebangsaan dan Nalar Intelektual

Menguatkan nilai kebangsaan dalam PKKMB, Unusa menghadirkan Prof. Yudi Latif, MA., Ph.D., Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia), sebagai pembicara utama. Dalam pemaparannya, ia menekankan peran strategis mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.

“Mahasiswa berperan penting dalam jejak sejarah Indonesia. Usia mahasiswa saat ini adalah usia yang cukup matang untuk berpikir. Belajar tidak hanya untuk menjadi ilmuwan, tetapi juga untuk membangun bangsanya,” jelasnya.

Menurut Prof. Yudi, tantangan generasi saat ini bukan lagi penjajahan fisik, melainkan kompleksitas tata kelola dan konflik kepentingan. Karena itu, ia mendorong mahasiswa untuk menjadi agen perubahan yang cerdas, bijak, dan mampu memberi solusi.

“Mahasiswa perlu memiliki nalar dan nurani yang cerdas. Kritis harus tetap dikukuhkan, karena itu adalah bentuk tanggung jawab moral sebagai intelektual. Namun, kita harus membedakan sikap kritis dengan barbaris. Kritis berarti membangun, sementara barbaris justru merusak,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya modal integritas dan nilai kebangsaan untuk membangun kepercayaan sosial. Pendidikan, menurutnya, bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses pembentukan karakter dan soft skill.

“Dan generasi muda harus memiliki soft skill yang kuat untuk menambah nilai dalam dirinya,” tutup Prof. Yudi.


Tinggalkan Komentar