telusur.co.id - Wakil Tetap Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, menyatakan bahwa orang Palestina di mata negara-negara Barat terlihat sebagai manusia kelas dua, dan bahwa perbedaan sikap Barat terhadap konflik Palestina-Israel dan krisis Ukraina memperlihatkan standar ganda Barat.
“Saya ingin menyinggung sejumlah topik yang tidak nyaman bagi rekan-rekan kami di Barat dan yang pada dasarnya penting untuk memahami situasi saat ini. Yang pertama adalah standar ganda yang mencolok dari delegasi Barat mengenai rakyat Palestina,” ungkap Nebenzia, dikutip Rai Al Youm, Kamis (30/11/23).
“Berapa kali delegasi Barat meminta pertemuan Dewan Keamanan mengenai Ukraina? Jawabannya ; setidaknya dua kali sebulan. AS dan Albania mengungkapkan keprihatinan mereka dengan segala cara mengenai aspek politik dari krisis ini, dan Perancis serta Ekuador memposisikan diri mereka sebagai pejuang untuk Ukraina dan untuk mengatasi konsekuensi dari krisis kemanusiaan. Berapa kali delegasi ini meminta pertemuan Dewan Keamanan mengenai masalah Palestina? Nol,” ungkapnya.
“Rekan-rekan, dari mana rasa malu ini berasal?” Atau apakah nasib penduduk Palestina kurang menarik bagi Anda jika dilihat dari panorama politik internal di ibu kota Anda?” tanyanya.
Dia menambahkan bahwa standar ganda Barat “dengan segala kemegahannya” juga terlihat dalam situasi krisis migrasi ke Uni Eropa.
Ia menekankan bahwa meskipun “pengungsi Ukraina diberikan segala macam keuntungan dan preferensi berdasarkan fakta bahwa mereka terbiasa dengan cara hidup seperti ini di tanah air mereka, pengungsi dari Afrika dan Timur Tengah ditahan di kamp-kamp dalam kondisi yang tidak manusiawi.”
Menyinggung kebungkaman negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB mengenai penghancuran bangunan dan pembunuhan ribuan anak-anak di Gaza, Nebenzia mengatakan: “Selama minggu-minggu ini, sebuah kebenaran yang sangat buruk menjadi jelas, yaitu bahwa bagi Barat, Palestina adalah warga negara kelas dua. Barat tidak tertarik untuk melindungi kepentingan mereka, dan inilah faktor utama dari berbagai persoalan yang dihadapi Dewan Keamanan dalam mengembangkan resolusi.”
Wakil Tetap Rusia untuk PBB itu membenarkan bahwa Israel memanfaatkan perpecahan di Dewan Keamanan, dengan dukungan Washington, untuk melanjutkan perang pembersihan etnis di Gaza. [Tp]