telusur.co.id - Di tengah-tengah kunjungannya ke sejumlah lokasi terdampak bencana, Menteri Kebudayaan melakukan pertemuan dan dialog bersama seniman dan pegiat budaya Sumatra Barat. Pertemuan yang berlangsung di Aie Angek Cottage, Padang Pajang (24/12) dilakukan guna menyerap aspirasi terkait pengembangan seni rupa, serta pelindungan objek kebudayaan sebagai warisan budaya bangsa, khususnya setelah terjadi bencana Banjir Bandang di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Dalam dialog tersebut, para seniman menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi, antara lain polemik pembangunan fasilitas kebudayaan, keterbatasan ruang dan infrastruktur seni, serta minimnya dukungan berkelanjutan bagi ekosistem seni rupa di daerah. Para seniman menegaskan bahwa kualitas karya seni rupa Sumatra Barat setara dengan seni rupa nasional yang perlu difasilitasi secara lebih memadai.
Selain seni rupa, dialog juga menyoroti kondisi manuskrip dan naskah kuno yang sebagian besar tersimpan di surau-surau lama di tepi sungai dan rentan terhadap bencana. Menurut para pegiat budaya, upaya pendataan, digitalisasi, dan metadata manuskrip telah dilakukan, namun mereka menilai pelindungan fisik dan relokasi tempat penyimpanan masih menjadi kebutuhan mendesak.
“Manuskrip ini telah berusia ratusan tahun dan sesungguhnya sudah lama berada dalam kondisi terancam. Tanpa relokasi dan pelindungan yang memadai, kita berisiko kehilangan warisan budaya yang sangat penting,” ujar Prof. Pramono dalam forum dialog tersebut.
Menanggapi aspirasi tersebut, Menteri Kebudayaan menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat pemajuan kebudayaan di daerah, termasuk melalui skema pendanaan kebudayaan.
“Pemerintah telah menyiapkan Dana Indonesiana sebagai instrumen pendanaan untuk mendukung ekosistem kebudayaan, termasuk seni rupa, manuskrip, dan kegiatan budaya di daerah. Dana ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para seniman dan komunitas budaya,” ujar Menteri Kebudayaan.
Lebih lanjut, Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pemanfaatan pendanaan kebudayaan. Menurutnya pemajuan kebudayaan tidak dapat berjalan sendiri. "Diperlukan sinergi antara Kementerian Kebudayaan, kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, serta komunitas seniman agar dukungan pendanaan dan program kebudayaan benar-benar berdampak,” tegasnya.
Hadir dalam diskusi tersebut antara lain, Direktur Sarana dan Prasarana Kementerian Kebudayaan, Feri Arlius; Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Sumatra Barat, Nurmatias; Kepala Taman Budaya Sumbar, M. Devid; Kepala Galeri TB Sumbar, Osmuyadi Qudry; Kurator Komunitas Seni Belanak, Iswandi; Budayawan, Mak Katik; Pakar kajian manuskrip, Prof. Pramono; Kurator Galeri Nasional, Dio Pamola; beserta perwakilan Komunitas Art Tambo dan para seniman, budayawan dan sastrawan se-Sumatra Barat.
Menteri Kebudayaan menggarisbawahi bahwa masukan dari para seniman menjadi catatan penting bagi Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat kebijakan pemajuan kebudayaan, khususnya di daerah. Kementerian berkomitmen untuk meningkatkan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan seni rupa serta manuskrip sebagai warisan budaya, melalui penguatan regulasi, kolaborasi lintas sektor, dan dukungan konkret bagi komunitas seniman di daerah, termasuk di Sumatra Barat, agar kedepannya dapat berkontribusi secara lebih luas di tingkat nasional. [ham]




