telusur.co.id -Oleh. : Agus Widjajanto, Praktisi Hukum, Pemerhati Politik Sosial Budaya.
Dalam Khasanah budaya Jawa dan keyakinan yang diyakini oleh orang orang Jawa pada umumnya , sesuai Serat Jangka Jayabaya , yang ditulis oleh Pujangga penutup Ronggo Warsito yang meramalkan masa yang akan datang akan datang nya jaman baru , setelah jaman kolo bendu , yakni jaman ketidak pastian atau juga disebut jaman edan ( Jaman perilaku gila ) yang jatuh pada pasca abad ke 20 sejak jatuhnya Kekuasaan Imperiumm Majapahit pada saat Prabu Brawijaya kertabumi , sebagai Raja terahir Majapahit , dimana keruntuhan Imperium kekuasaan Majapahit membawa kisah tentang sosok tokoh spiritual yang dikenal dengan nama Sabdo Palon Noyo Genggong yang dikenal sebagai sosok historis pada masa lalu oleh masyarakat Jawa .
Mengutip jurnal Manuskrip Nusantara yang berjudul Sandi Palon Naya Genggong Nagih Janji : Makna dan pemahaman dari masa ke masa oleh GPH . Dipokusumo , dalam keseharian nya Sabdo Palon sebagai penasihat Raja Brawijaya Kertabumi dan juga terlibat dialog politik dengan para wali , salah satu nya adalah Sunan Kalijaga ( R M. said ) , dimana sebagai tokoh sentral pembawa dan penyebar agama Budi Sabdo Palon menyatakan sebagai kepercayaan yang sudah turun temurun yang diwariskan sejak belum adanya kerajaan kerajaan. Di Nusantara ini , yang akan meramalkan datang nya jaman baru, datangnya paradigma baru dalam kepercayaan dan berimbas kepada situasi sosial kemasyarakatan secara menyeluruh .
Peri Mardiyono dalam buku " Sejarah Kelam Majapahit " yang memuat syair dan Sabdo dari Sang Sabdo Palon Noyo Genggong yang menyatakan " Pepesthene Nusa Tekan janji, Yen Wus Jangkep Limang Atus Warso , kepetung jaman Majapahit ambruk , musno Bali matang ingsun , Gami Budi Madeg Sawiji "
Yang artinya : Takdir Nusa sampai kepada janji , jika sudah genap lima ratus tahun , terhitung sejak jatuh nya Majapahit , musnah kembali kepadaku , Budi yang berdiri satu "
Bahwa menurut Peri Mardiono , melalui syairnya tersebut sangat Utusan Sabdo Palon memberitahukan tanda tanda alam.dan sosial kemasyarakatan yang akan muncul Zaman baru , paradigma baru dalam kepercayaan . Walaupun Ramalan jangka Jayabaya yang ditulis oleh Pujangga penutup Ronggo Warsito masih bersifat debat table ( masih diperdebatkan ) dikalangan masyarakat, namun sebagian besar masyarakat Jawa justru menunggu datangnya jaman itu, mengingat Ramalan Sabdo Palon pernah terjadi kenyataan diantaranya meletusnya gunung Semeru , Gunung Merapi , Banjir bandang ( Sunami ) yang syairnya adalah sebagai berikut :
Hardi Agung Agung Samya
Huru hara nggegirisi
Gumleger suarane
Lahar wutah kanan kering
Ambleger angelebi
Nrajang wono LAN desogung
Manungso keh brasta
Kebo sapi Samya gusis
Sirno gempang tan wonten mangga piliho
( Gunung Berapi semua, Huru hara mengerikan , menggelegar suaranya , lahar tumpah kanan kiri , menenggelamkan , menerjang hutan perkotaan , manusia banyak yang tewas , kerbo sapi habis , sirna hilang tak bisa dipulihkan )
Banyak kalangan dalam masyarakat salah paham bahwa tokoh Sang Sabdo Palon Noyo Genggong adalah satu tokoh utama , yakni Semar ( Ismoyo ) , padahal yang sebenarnya Sabdo Palon Noyo Genggong adalah abdi dalem penasihat Raja yang terdiri dari empat tokoh utama yakni , Sabdo ( adalah Ki Semar ) , Palon adalah Gareng , Noyo adalah Petruk , dan Genggong adalah Bagong , yang lalu divisualisasikan lewat karya seni tokoh pewayangan oleh Sunan Kalijaga menjadi tokoh punakawan , yang merupakan pengejawantahan dari pada memberikan gambaran asli dari tokoh tersebut lewat bahasa isarat secara tersirat . Dan itulah hebatnya para wali penyebar agama saat itu pada paruh waktu abad ke 15 Masehi .
Fenomena di dunia barat / masyarakat modern di Eropa dan Amerika saat ini , ada fenomena Berkeyakinan Adanya Tuhan atau manusia sebagai mahluk yang berakal yang berketuhanan tanpa harus berkiblat atas aturan dogma dalam agama , yang disebut Deisme dan Pantheisme , yang dipelopori oleh Bertrand Russel , fenomena ini akibat adanya agama sudah sedemikian dipolitisasi hingga kehilangan rasa kemanusiaan itu sendiri .
Membicarakan agama dan kepercayaan yang ada di Nusantara khusus nya Jawa , yang sudah ada ribuan tahun sebelum datang nya agama agama besar baik dari Agama Samawi maupun dari Hindustan India, tidak bisa dilepaskan akan sejarah dari bangsa ini, yang diyakini para ahli disekitar pulau pulau yang jumlahnya ribuan pulau di Nusantara ini pernah ada benua yang hilang , yang tenggelam karena mencairnya Es di kutub Utara , yang berakibat Dunia mengalami Banjir Besar , dimana daratan menjadi terpisah dan membentuk pulau pulau , yang oleh Peneliti Inggris Stephen OpenHeimer tahun 1998 dengan teorinya daratan tersebut dulu disebut Sunda Land , atau benua Sunda dimana antara Sumatera Jawa Bali Nusa tenggara Barat dan Timur serta Kalimantan merupakan satu hamparan daratan , yang saat itu kosong karena tenggelamnya Benua yang hilang lalu terjadi migrasi besar besaran dari Utara ke Selatan dan mendiami pulau pulau di Nusantara ini, yang apabila dikaitkan dengan Firman atuhan dalam Kitab Kitab Suci agama Samawi mungkin berkaitan saat banjir Bandang Nabi Nuh .
Bahwa sebelum ada bangsa ini di Nusantara, ditanah Nusantara ini Diyakini oleh para ahli telah ada suatu Bangsa yang sangat tinggi peradaban dan budaya serta penguasaan teknologi saat itu , disebut Bangsa LeMuria , yang konon merupakan bangsa yang ada sebelum Bangsa Atlantis , yang oleh para ahli berkaitan dengan wilayah disekitar Gunung Muria di Kudus Jawa tengah hingga mencapai priangan di jawa barat yang merupakan pusat peradaban tersebut yang hidup diperkirakan pada sekitar 75 000. - 11 000 Sebelum Masehi .
Para ahli meyakini berdasarkan penelitian geologi , ada daratan yang bernama" Argolen " sebutan atas benua besar yang terpisah dari Australia Barat dan menghilang , yang merupakan satu misteri terbesar di Dunia Geologi yang akhirnya sedikit terpecahkan dimana Argolen Benua yang hilang yang menjadi kunci untuk menjelaskan asal usul keanekaragaman Fauna di Indonesia , yang artinya Indonesia dulu bukan merupakan negara kepulauan tapi sebuah daratan Benua besar yang terpecah karena pergeseran lempeng bumi dan adanya banjir besar karena mencairnya Kutub Utara, dan ini siklus ribuan tahun yang diyakini akan kembali terjadi karena merupakan hukum alam .
LeMuria sendiri adalah benua hopotetis yang diusulkan oleh ahli Zoologi Philip Sclaters pada tahun 1864 yang berteori tenggelamnya sebuah Benua dibawah Samudera Hindia yang kemudian Teory ini diambil alih dan dijabarkan oleh ahli Okultis dengan Teory nya asal usul manusia . Hal ini agar para pembaca mempunyai gambaran yang jelas , tentang kondisi sebelum negeri ini terpecah menjadi Ribuan pulau pulau .
Bahwa menyangkut Agama dan kepercayaan dari orang orang Nusantara pada umum nya dan Jawa khususnya telah disepakati oleh para sejarawan dan para ahli sosiologi bahwa pada jaman kuno masyarakat Jawa menganut kepercayaan Animisme dan dinamisme , padahal yang terjadi sesungguhnya dari kepercayaan Animisme dinamisme tersebut masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan akan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat ( Ghaib ) yang sangat besar dan menakjubkan . Yang dalam perkembangannya agama orang Jawa tersebut disebut agama " Kapitayan " yaitu agama kuno yang diyakini oleh orang Jawa sebelum datang nya atau masuknya agama Hindu dan Budha dari tanah Hindustan India , pada abad ke 2 Masehi , dengan adanya kerajaan tertua pertama di pulau Syang Yang Sirah ( kepala ) Yaitu Kerajaan SalakaNagara. Sebuah pulau yang terletak Diujung kulon Banten lalu bergeser ke timur di Priangan dengan nama Taruma Nagara . Tuhan agama Kapitayan sendiri disebut " Sang Hyang Taya " yang mana Taya sendiri bermana kosong atau suwung ,Awang awung , kesunyatan .yang dalam agama agama besar dari Samawi disebut Tuhan Allah , yang berdiri sendiri tanpa wujud yang merupakan Dzat yang Esa, yang kekuasaan nya meliputi seluruh alam semesta, dimana sesungguhnya mempunyai makna yang hampir sama , beda nya dari Agama Agama Besar Baik Islam , Kristen , ditulis dalam Kitab suci secara Dogmatis , sedang agama Jawa kuno Kapitayan merupakan ajaran leluhur yang turun temurun tanpa dibukukan dalam sebuah Kitab yang dianggap firman Illahi .
Pembawa dan penyebar Agama Kapitayan menurut keyakinan para penganut nya adalah Dang Hyang Semar , keturunan dari Sang Hyang Ismoyo yang berasal dari bangsa LeMuria yang dianggap Nabi nya Orang Jawa dari sejak jaman jawa kuno hingga kini masih diyakini yang dulu berdiri dan bersemayam dipusat pemerintahan nya di Jawa disekitar gunung Muria hingga gunung Lawu dan lembah gunung Tidar Magelang di Jawa tengah .
Secara Etimologi kata Kapitayan merupakan istilah berasal dari Jawa kuno yang memiliki kata dasar " Taya " ( Huruf Caraka kuno ) yang berarti tak terbayangkan tak terlihat dan mutlak benar "
Disini agar para pembaca bisa mengerti bahwa bangsa ini mempunyai peradaban yang Agung dan besar sebelum datang nya agama agama besar di dunia modern saat ini, hanya saja karena sifat dari Orang Orang Nusantara, khususnya Jawa yang selalu bisa menerima hal hal baru dan dipadukan dengan hal hal lama , termasuk dalam hal agama dan kepercayaan , maka tidak mengherankan mengapa Islam bisa diterima dan berkembang begitu cepat nya pasca Sunan Ampel Raden Rahmatullah , yang telah dianggap keluarga oleh Raja Brawijaya ke 5 , karena memang ada darah Singosari dari jalur keturunan ibundanya , karena ajaran agama Samawi tersebut sama dan identik dengan Tuhan dalam agama Kapitayan bahwa Tuhan tidak terlihat dan Mempunyai kekuasaan sangat besar , yang digambarkan dengan suwung atau kosong penuh kesunyatan , maka tidak mengherankan bahwa orang orang penganut Kejawen selalu mencari suwung atau susuhing angin ( Rumah angin ) agar bisa mengenal Tuhan yang Esa , yang laku dijabarkan dengan penemuan Manunggaling Kawulo lan Gusti , dalam perspektif tasawuf Jawa oleh Syech Abdul Jalil atau Siti Jenar, Dan Hingga Ronggo Warsito . Yang merupakan perpaduan antara agama Jawa kuno berdasarkan ajaran tutur tinular dari leluhur secara turun temurun dengan ajaran sesuai kitab Suci dalam agama Islam , walaupun sesungguhnya kejawen sendiri tidak hanya bagi pemeluk agama Islam saja tapi ada juga Kristen Kejawen , Budha dan Hindu Kejawen , hanya saja sudah terlanjur identik Hanya Islam Kejawen karena mayoritas dalam masyarakat Jawa saat ini adalah memeluk agama Islam , yang dalam budaya lewat karya seni dimanifestasikan dunia astral menyangkut Pengayom pelindung otang jawa dengan istilah punokawan yang terdiri dari Semar, Gareng , Petruk , Bagong, bukanlah hasil imajinasi dan khayalan dari penemu nya, tapi memang merupakan manifestasi dari dunia astral ke dunia nyata, lewat budaya . Hal ini pernah dalam pemerintahan Orde Baru, diimplementasikan oleh pak Harto dalam memilih petinggi hukum dinegeri ini, dimana Pak harto sendiri memposisikan sebagai Semar / Ismoyo , selaku Pengayom, Gareng diemban oleh Ismail Saleh yang menjabat Menteri Kehakiman, Ali Said sebagai Petruk menjabat jaksa Agung, dan Bagong diposisikan oleh Moejono yang menjabat ketua MA Yang sangat terbukti sangat stabil dimana penegakan hukum benar benar bagus dan adil bisa mengayomi masyarakat . Hal ini menunjukan bahwa Presiden Soeharto sangat memahami filosofi antara dunia Astral yang didimensikan dengan Dunia Nyata dalam pemerintahan Orde Baru .
Kembali kepada Tuhan dari Agama kuno Jawa Kapitayan , adalah Syang Hyang Taya , yang orang jawa mendefinisikan dalam satu kalimat " Tan Keno Kinoyo Ngopo " yang artinya tidak bisa digambarkan seperti apa yang bersifat Ghaib atau tidak terlihat tapi dirasakan setiap kehadirannya .
Hakekat dari pencarian urip atau hidup dalam agama Jawa , adalah menemukan Kayu Gung Susuhing Angin , yang merupakan pencarian jati diri , dimana plong , Bolong , dan suwung sebagai wujud nyata pekerti Keagamaan , untuk bisa memahami sejatinya hidup dan kehidupan , sejati nya kita dilahirkan dari mana asalnya ( Sang Kan Paraning Dumadi ) dan setelah lahir didunia harus mengapa, dan bertindak bagaimana sebagai bekal nanti di alam Kekal, setelah kita tiada kita kemana ? Itu adalah filosofi Jawa yang terkandung dalam huruf Honocoroko , yang merupakan lanjutan dan pendarmabaktian dari pada agama Jawa Kapitayan , yang memandang utusan nya yaitu Ki Semar sebagai Kadewatan ( Dunia dewa ) yang lebih memfokuskan pada laku kita , darma bakti sebagai mahluk Hidup yang merupakan bagian dari alam semesta , Jagad Cilik dan Jagad Gede. Dan itu sudah ada ribuan tahun sebelum datang nya Agama Agama Besar ke Nusantara khusus nya Jawa. Jadi salah jikalau hanya memandang nenek moyang kita hanya mempunyai kepercayaan Animisme Dinamisme , dan tidak berbudaya .
Maka tidak heran karena antara Tuhan Allah dalam Alquranul kharim punya makna yang sama dengan Tuhan nya Agama Jawa kuno Kapitayan , dengan demikian wajar apabila perkembangannya sangat pesat dan cepat di Nusantara ini khusus nya Jawa.
Apabila dikaitkan dengan agama Kapitayan dengan Agama Budi seperti yang diramalkan dalam Ramalan Jawa baya , akan datang nya Agama Budi bersenjatakan Trisula Weda , akan nagih janji sesuai janji perjanjian Sabdo Palon Noyogenggong dengan syech Subakir ditanah Jawa, maka bisa dijelaskan disini , yang mempunyai makna, segala tindakan kita dalam ibadah Yang bersifat Mu' amallah , harus manunggal atau satu antara hati manusia, ucapan manusia dan tindakan manusia yang harus berbudi luhur sesuai ajaran ajaran luhur , yang digambar kan sebagai sebuah pusaka atau senjata Trisula Wedha . Yang bisa menyelamatkan manusia . Kadang pada jaman modern ini , manusia hanya menonjolkan Akidah dan Ritual ibadah seperti Sholat, puasa, zakat , haji , akan tetapi tidak ditransformasikan akidah akidah tersebut dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari hari dalam masyarakat ( Mu' amAllah ) itu yang kerap menjadikan kita sebagai manusia yang gagal paham dalam memahami sebuah ibadah secara utuh , dan yang lebih miris lagi terjadi fenomena , bahwa bangsa ini dulu bangsa penyembah berhala , yang apabila tidak datang agama agama besar samawi maka bangsa ini tetap akan jadi bangsa penyembah animisme dinamisme , hal ini karena kekerdilan cara berpikir dan tidak tahu secara utuh sejarah masa lalu bangsa ini . Sebuah bangsa yang mempunyai peradaban yang sangat besar dimana dibelahan dunia lain masih primitif , Bangsa di tanah Nusantara ini sudah berbudaya tinggi dan mempunyai peradapan yang sangat luar biasa Agung dan besar.
Jalaludin Rumi dalam buku nya yang sangat terkenal yakni " Fihi Ma Fihi " menulis bahwa selamanya agama lebih dari satu , dua atau tiga bahkan lebih , selama agama dipolitisasi maka pertempuran dan peperangan selalu terjadi diantara mereka . Bagaimana engkau mengharapkan agama menjadi satu ? AGAMA tidak akan menjadi satu kecuali di akhirat kelak pada hari kiamat , dan itu tidak mungkin terjadi di dunia sebab di sini di dunia ini setiap orang punya tujuan dan keinginan yang berbeda beda dan penyatuan tidak mungkin terjadi .hanya mungkin terjadi di hari kiamat dan Allah yang akan jadi hakim nya , yang mana pada saat itu seluruh manusia menjadi satu memandang kearah yang satu memiliki telinga dan lesan yang satu.
Tuhan yang Esa mempunyai makna yang sangat dalam , tidak hanya Menerangkan kepada Dunia dan masyarakat internasional serta seluruh warga negara , bahwa Tuhan itu satu dengan kekuasaan nya memberikan berbagai jalan untuk mengenal nya, lewat ajaran ajaran yang telah diberikan oleh dia, tapi juga mempunyai makna filosofis yang sangat luas dan dalam bahwa seluruh alam semesta beserta isinya dan mahluk yang ada dimuka bumi Ini hanyalah hasil ciptanya , dan merupakan perwujudan dari Tuhan yang Esa itu sendiri , yang terdiri dari berbagai etnis , suku , golongan , Ras, dan keyakinan dengan segala perbedaan nya. Itulah Aku , yang oleh Jalaludin Rumi disebut dengan tiga kata " Ana Al Haqq.
Bahkan Jalaludin Rumi , menulis dalam kitab nya saat ditanya oleh sahabat nya apakah ada cara lain untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan Allah yang Esa dibanding kan dengan Shalat ? Dijawab oleh Beliau , " ada yakni " Shalat itu sendiri " jawab Rumi , tapi bukan semata mata shalat yang hanya berdasarkan gerakan fisik sesuai aturan seremonial beribadah , dimana gerakan fisik hanya kemasan , dimana shalat memiliki permulaan dan akhir semua yang memiliki permulaan dan akhir adalah kemasan , Takbir adalah permulaan shalat dan salam adalah akhir , begitu juga dengan kalimat syahadat , bukan hanya ucapan lesan syahadat memiliki permulaan dan Akhir bahkan mempunyai bentuk dan kemasan , sementara Ruh dari kalimat itu tidak dibatasi apapun dan tidak termaknai tidak memiliki permulaan dan akhir . Jadi jelas kata Rumi Ruh shalat dan syahadat bukan bentuk lahiriah saja, Ruh shalat adalah tenggelamnya jiwa secara utuh dan ketidak hadiran tubuh , yang mana meninggalkan seluruh bentuk lahiriyah diluar Ruh tak tersisa ruang sedikitpun bahkan untuk para malaikat sekalipun , itulah esensi sholat, hubungan langsung antara Kawulo dengan kaisar . Hingga beliau menulis " Sungguh kasihan orang yang sampai ke Laut dan merasa puas hanya mendapatkan sedikit botol air, sementara didalam lautan itu sendiri ada ribuan mutiara dan benda benda berharga yang seharusnya bisa dikumpulkan " hal ini sangat dalam filosofi nya ,
Apabila dikaitkan dengan fenomena jaman saat ini , banyak sekali orang yang hanya mendapat kan sebotol air dari lautan yang maha luas seakan tiada bertepi tapi seolah olah sudah melebur seluruh air dalam samudera raya hingga berani memvonis salah benar , kafir dan kedudukan surga neraka hanya bagi kaum dan golongan tertentu .
Lalu Ke mana semua sungai bermuara ? SEMUA SUNGAI (panjang atau pendek, luas / lebar atau tidak) pada akhirnya bermuara ke SAMUDERA jikalau kesadaran, pemahaman kita dan tingkat kerohanian kita (siapapun dan memeluk agama apapun dia) sudah pada pemahaman Samudera (Nilai KeTuhanan), maka niscaya tidak akan lagi bicara "Sungai" Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan sebagsinya Dengan kata lain, kalau kita sudah bicara Samudera, maka kita tidak lagi akan bicara soal "Sungai" karena semua agama tujuan dan muara adalah Samudra keimanan . Demikian juga Sungainya Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha juga menuju dan bermuara ke samudera juga", "faunding Fathers" sudah menegaskan Negara Indonesia adalah "Nation State" dengan Dasar Negara Pancasila yg mengakui keberadaan semua agama dengan sila pertama yang berbunyi : "Ketuhanan Yang Maha Esa" adalah manifestasi dari Samudera nya Keilahian bagi semua Agama Agama di Dunia yang dianut oleh Seluruh Rakyat Indonesia yang homogen .
Den ajembar , den momot, lawan den wengku , Den Koyo Segoro .
Filosofi ilmu padi , semakin dalam dan berisi maka pada akan semakin merunduk karena batang nya tidak lagi mampu untuk menopang buah nya yang telah matang tadi , mati menjadikan diri kita sebagai Kawulo Kawulo dari sang Kaisar Tuhan yang Esa, yang perwujudan nya sesungguhnya adakah seluruh alam semesta ini beserta isinya beserta mahluk nya dan beserta Kalam Kalam hukum nya yang telah ditabur kan kepada wakil wakil nya , bukan hanya satu dua tiga tapi beragam , itulah esensi dari Manusia yang memang diciptakan untuk bagaimana bisa mempunyai rasa kemanusiaan untuk diabdikan pada seluruh umat dan akan semesta , berbuat baik kepada Sesama dan berbuat baik kepada semesta alam .