Sebuah video berbahasa Mandarin yang mengajak memilih pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin beredar luas di media sosial dan aplikasi perpesanan instan.
Berdasarkan penelusuran redaksi, video itu sudah banyak ditayangkan di situs berbagi video YouTube sejak 4 hari lalu.
Pada awal video, terlihat pesan “Golput Bukan Solusi, Ayo Memilih!”. Kemudian terdapat gambar kartun yang memperlihatkan mencoblos nomor urut 01 bertuliskan, “Ayo ke TPS 17 April 2018.”
Dalam tayangan video juga terdapat logo salah satu kelompok pendukung Jokowi yakni Grobak Jokowi yang disingkat Grojok. Terdapat pula keterangan yang menunjukkan bahwa video ini berbahasa Mandarin.
Video berdurasi 1 menit berbahasa mandarin itu awalnya menyosialisasikan bahwa pemilih nantinya akan menerima lima surat suara, antara lain memilih caleg DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD dan calon Presiden serta Wakil Presiden RI.
Saat menunjukkan surat suara capres dan cawapres, video itu lalu menonjolkan gambar Jokowi-Ma’ruf Amin. Gambar tersebut lalu tampak dicoblos tepat di tengahnya yang bertuliskan angka 01 dalam video.
Terkait itu, Kolonel PPIR (organisasi sayap partai Gerindra) di Temanggung, Rihananto Baroto mengatakan, baru kali ini selama Pemilu di Indonesia ada petunjuk-petunjuk, brosur-brosur, termasuk video yang berbahasa bukan Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Mandarin. Ia pun mempertanyakan tujuan dibuatnya video tersebut.
“Pertanyaannya untuk apa? Yang ikut pemilihan di Indonesia itu kan warga negara Indonesia, kalau disebut warga negara Indonesia kewajiban dia harus bisa berbahasa Indonesia, lah ini kok ada petunjuk kampanye berbahasa mandarin,” kata dia dalam rekaman suara yang beredar di grup WhatsApp, Minggu (24/2/19).
Jika memang video itu ditunjukan untuk warga negara asing di Indonesia, utamanya WN Cina, maka dirinya menduga Jokowi mendatangkan TKA ke Indonesia untuk perkuat suaranya.
“Terus ini mau dibiarkan, bapak-bapak ini mau diam saja, mau kita biarkan, apakah kita tidak ingin memprotes secara baik-baik, secara hukum, melalui prosedur yang ada ke KPU, ke Bawaslu, ini seharusnya perlu dianulir,” katanya.
“Tidak ada ceritanya WNI tidak bisa Bahasa Indonesia, ini berarti yang di pabrik-pabrik dilibatkan untuk nyoblos. Kecurangan demi kecurangan itu jangan dibiarkan, monggo (silakan) didiskusikan, bentuk suatu tim untuk memprotes. Ini sudah jelas, Jokowi melakukan kecurangan dengan menggunakan tenaga asing Cina, yang KTP-nya sementara, KTP dadakan, mereka bisa seolah-olah sah ikut pemilu.”
“Mohon maaf, suara saya agak keras, karena ini menyangkut nasib Bangsa Indonesia, nasib anak cucu kita. Kita memiliki tanggung jawab, jangan sampai anak cucu kita jadi jongosnya mereka,” kata dia.
Dibantah
Kader PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari meyakini jika itu adalah permainan kubu sebelah, untuk melakukan kampanye hitam.
“Saya tanya ke TKN. Menurutku, ini akal-akalan sebelah untuk kampanye hitam,” kata Eva kepada telusur.co.id, Minggu (24/2/19).
Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno juag membantah soal video tersebut. Ia membantah jika video tersebut dibuat oleh Tim dari PDIP untuk Jokowi, ataupun dari TKN.
“Tidak, sekarang banyak terjadi desentralisasi produsen informasi,” kata Hendrawan Supratikno kepada telusur.co.id.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Raja Juli Antoni memastikan bahwa pihaknya tidak pernah memproduksi video yang kini sedang ramai diperbincangkan di medsos tersebut.
“Yang pasti TKN nggak pernah memproduksi itu. Saya bisa pastikan,” kata dia di Jakarta, Kamis (21/2/19).
Ia menduga video itu bisa saja diproduksi oleh relawan Jokowi-Ma’ruf. Namun, apabila narasinya memojokkan dan menyerang kubu capres cawapres nomor urut 01, maka Toni menduga video tersebut sengaja digulirkan oleh lawan politik.
“Tapi bisa jadi dibikin oleh lawan politik, yang itu tadi membangun narasi bahwa pak Jokowi didukung oleh China. Saya sudah bisa tebak. Itu sudah hampir pasti dibikin oleh lawan politik.”
Video serupa juga beredar di situs berbagai video youtube. Video ini diunggah oleh akun Sugandi Hadiredjo pada 12 Februari 2019. Namun, video tidak berbahasa mandarin, melainkan bahasa Indonesia. [ipk]