Akhiri Perang Saudara, Presiden Afghanistan Rela Berbagi Kekuasaan - Telusur

Akhiri Perang Saudara, Presiden Afghanistan Rela Berbagi Kekuasaan

Ashraf Ghani dengan Abdullah. Handout via REUTERS

telusur.co.id - Konflik yang mengakibatkan perang saudara di Afghanistan antara kubu Ashraf Ghani dengan Abdullah menemui jalan damai. Kedua kubu sepakat berbagi kekuasaan.

"Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan saingannya Abdullah menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan untuk mengakhiri kebuntuan politik selama berbulan-bulan," ujar juru bicara Ghani mengatakan pada hari Minggu, sebuah langkah yang dapat memperlancar upaya untuk mengakhiri perang yang telah lama berjalan di negara itu.

Ashraf Ghani menyambut gembira adanya kesepakatan ini. “Hari ini adalah hari bersejarah bagi Afghanistan kita tercinta. Rakyat Afghanistan telah membuktikan bahwa mereka berkomitmen untuk kepentingan nasional mereka dengan pemikiran bersama,” kata Ghani saat upacara penandatanganan.

"Dalam beberapa hari mendatang, kami berharap bahwa dengan persatuan dan kerja sama, kami akan dapat memberikan tanah bagi gencatan senjata dan perdamaian abadi," tambahnya.

Namun, kesepakatan ini masih menjadi perdebatan dalan urusan pembagian kekuasaan di kabinet. Abdullah ingin mengendalikan portofolio besar seperti keuangan atau urusan luar negeri, dan sementara Ghani belum menyetujui hal ini, ia dapat menawarkan kendali atas kementerian dalam negeri, kata sumber-sumber sesaat sebelum kesepakatan ditandatangani.

Tidak segera jelas kementerian mana yang dikuasai masing-masing kubu setelah kesepakatan itu tercapai.

Namun perundingan menghadapi sejumlah tantangan, karena kekerasan di negara ini meningkat. Sebuah serangan terhadap bangsal bersalin Kabul minggu ini mendorong Ghani untuk mengalihkan militer ke sikap "ofensif" terhadap kelompok-kelompok pemberontak.

Taliban membantah terlibat dalam serangan itu, tetapi pemerintah tetap skeptis dan marah pada serangan Taliban yang sedang berlangsung terhadap militer Afghanistan, menghalangi momentum untuk pembicaraan damai, yang akan dimulai pada bulan Maret. [ham]


Tinggalkan Komentar