telusur.co.id - Juru bicara Ansharullah, Muhammad Abdussalam, bicara soal keberadaan pasukan Inggris di wilayah Yaman.
Dalam wawancara dengan situs berita al-Khanadeq, Sabtu (21/8/21), Abdussalam mengatakan, keberadaan pasukan Inggris di al-Mahrah bukan hal baru, karena mereka sudah 2 tahun ini berada di sana.
Ia menegaskan, Ansharullah menentang kehadiran semua pasukan militer asing, baik dari AS, Inggris, Saudi, UEA, Sudan, atau negara lain.
“Kami tidak menerima kehadiran militer negara mana pun di tanah Republik Yaman. Kami memandang mereka sebagai pasukan pendudukan. Mereka harus disikapi sebagai penjajah," tegasnya, seperti dikutip Al-Alam.
“Selama mereka masih seperti ini, pasukan-pasukan ini ilegal dan tidak bisa diterima. Keberadaan mereka tidak dilandasi hakikat atau hukum mana pun, baik internasional atau domestik,” tambah Abdussalam.
Ia menilai, keberadaan Inggris di al-Mahrah berkaitan dengan kepentingan Inggris, AS, dan Israel. Bahkan bukan hanya di al-Mahrah saja, tapi juga di Socatra, sebuah kepulauan yang tak memiliki kaitan apa pun, baik primer atau sekunder, langsung atau tak langsung, dengan kejadian-kejadian militer di Yaman.
“Meski demikian, pasukan militer UEA berada di sana. Mereka berusaha mengubah banyak dari asas-asas nasional Yaman di Socotra. Mereka juga melenyapkan sejumlah besar penampakan-penampakan alami-historis di pulau itu, juga mengubah struktur sosial dan geopolitiknya. Semua ini adalah upaya untuk memanfaatkan kejadian-kejadian di Yaman, juga di pulau Mayun (Perim),” paparnya.
Oleh karena itu, kata Abdussalam, Tentara Yaman berhak melawan dan menyerang pasukan asing, karena berdasarkan hukum internasional dan Yaman, mereka adalah pasukan agresor. [Tp]
Ansharullah: Pasukan Asing di Yaman adalah Penjajah, Kami Berhak Menyerang
Juru Bicara Ansharullah Yaman, Muhammad Abdussalam. (Ist)



