telusur.co.id - Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menegaskan negaranya pantang mundur dari “pendiriannya yang benar dan rasional”, dan menasehati Amerika Serikat (AS) agar melihat realitas dan memetik pelajaran dari masa lalu.
Dalam rapat pemerintahannya, Rabu (13/7/22), hari di mana Presiden AS Joe Biden tiba di Israel dalam perjalanannya ke sejumlah negara Timur Tengah, Raisi menanggapi klaim AS belakangan ini mengenai perjanjian nuklir Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
“AS mengatakan bahwa Iran harus kembali ke JCPOA, padahal Republik Islam (Iran) tak pernah menarik dari JCPOA, AS-lah yang melanggar perjanjian ini,” ujarnya, seperti dilaporkan Al Alam.
Dia menambahkan, bukan hanya Eropa, yang notabene sekutu AS dalam negosiasi, melainkan juga semua negara dunia menyoal mengapa AS tak konsisten kepada JCPOA dan keluar darinya.
Mengenai sanksi AS terhadap Iran, Raisi mengatakan, AS berulangkali mengatakan bahwa tekanan yang diterapkannya terhadap bangsa Iran belum pernah terjadi sebelumnya dan bertaraf maksimum, tapi jubir Kemlu negara ini secara resmi justru mengatakan tekanan ini sama tak berguna serta gagal secara hina.
"Iran pantang mundur dari pendiriannya yang benar dan rasional, dan menasihati AS agar melihat realitas dan memetik pelajaran dari masa lalu daripada mengulangi pengalaman gagal tekanan maksimum terhadap bangsa Iran,” tegasnya.
“AS harus menyadari dalam 43 tahun terakhir ini bahwa bicara dengan bangsa Iran tak bisa dengan menggunakan bahasa kekuatan. Anehnya, mereka masih saja ingin bicara dengan retorika yang sama, yang jelas-jelas tak akan menghasilkan (keuntungan) apapun bagi mereka,” tandasnya. [Tp]



