telusur.co.id - Pendiri dan Ketua Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal berharap para calon presiden (capres) peserta Pilpres 2024, tidak menganut nasionalisme yang sempit saat terpilih untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Mantan wakil menteri luar negeri itu meminta ketiga capres harus mampu melihat tanda-tanda perkembangan global terkini.
"Presiden terpilih pada (Pemilu) 2024 harus paham bahwa sebagian besar aset yang diperlukan untuk kesejahteraan Indonesia ada di luar wilayah Indonesia; apakah modal, teknologi, jaringan, dan termasuk juga senjata," kata Dino di acara Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2023, yang diselenggarakan FPCI di Jakarta, Sabtu (2/12/23).
Menurut dia, Presiden RI hasil Pilpres 2024 mendatang, tidak boleh hanya fokus melihat ke dalam (in ward looking), tetapi juga harus mampu melihat tantangan dan peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bagi Indonesia.
Karena itu, lanjut Dino, presiden harus memiliki wawasan serta strategi internasional yang berkesinambungan atau komprehensif.
"Indonesia bebas aktif adalah fondasi, bukan strategi. Butuh prinsip, tujuan, dan strategi," tegasnya.
Acara CIFP 2023 itu dihadiri capres nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
Anies dan Ganjar hadir menerima tantangan untuk menyampaikan pandangan mereka terkait isu politik dan kebijakan luar negeri yang harus dilakukan Indonesia ke depan.
Konferensi tersebut pernah mendapatkan penghargaan sebagai konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia pada tahun 2016 oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Penghargaan itu diperoleh karena CIFP merupakan satu-satunya konferensi kebijakan luar negeri nasional di Indonesia yang mempertemukan para pemangku kebijakan, menteri, tokoh publik, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, mahasiswa, dan toko-tokoh terkemuka di berbagai sektor.
Tema CIFP 2023 adalah "From Non-Alignment to Creative Alignments" untuk mencerminkan pentingnya merespons realita baru, di mana politik luar negeri bebas aktif Indonesia di abad ke-21 perlu secara kreatif merintis, membangun, dan memelihara berbagai keselarasan dengan negara-negara dari timur, barat, utara, dan selatan untuk kepentingan nasional Indonesia, kawasan, dan global.[Fhr]