telusur.co.id - Amerika Serikat (AS) berencana memperkuat basis pasukan militernya di pangkalan Guam dan Australia guna menangkal ambisi China.
AS juga memberi perhatian terhadap ancaman Rusia di Eropa serta mempertahankan pangkalan di Timur Tengah untuk melawan pengaruh Iran serta kelompok militan.
Saat yang sama, AS tetap akan mempertahankan pasukan di Timur Tengah guna menghadapi Iran dan kelompok-kelompok militan di kawasan itu.
Rencana tersebut dipaparkan dalam hasil kajian Departemen Pertahanan AS selama 10 bulan terkait postur global militer AS, Selasa dini hari WIB.
Rincian hasil kajian yang dilakukan sejak awal pemerintahan Presiden AS Joe Biden itu, tidak akan dipublikasikan karena berisi materi rencana rahasia yang tidak boleh sampai ketahuan musuh.
Presiden Joe Biden disebut memerintahkan Menteri Pertahanan Lloyd Austin untuk melakukan pengembangan rencana tersebut segera tak lama setelah resmi menjabat di Gedung Putih pada Februari 2021.
Penilaian itu bersifat rahasia. Namun, seorang pejabat Pentagon memberikan beberapa rincian tentang penilaian itu. Pejabat tinggi bidang kebijakan Pentagon Mara Karlin mengatakan, tinjauan tersebut menegaskan wilayah prioritas bagi militer AS adalah Indo-Pasifik.
"(Tinjauan tersebut) Mengarahkan pada penambahan kerja sama dengan para sekutu dan mitra di seluruh kawasan guna memajukan inisiatif yang berkontribusi pada stabilitas kawasan dan mencegah potensi agresi militer dari China serta ancaman dari Korea Utara," kata Karlin, dikutip dari AFP, Selasa (30/11/21).
Dia melanjutkan, selain merujuk pada China, pengerahan ini juga untuk memperkuat upaya pencegahan terhadap agresi Rusia di Eropa serta memungkinkan pasukan NATO untuk beroperasi lebih efektif.
Lebih lanjut, Karlin menambahkan, Timur Tengah akan tetap menjadi fokus Pentagon setelah perang panjang di Irak dan Afghanistan. Tanggung jawab global, lanjut dia, mengharuskan AS terus melakukan perubahan terhadap postur militernya di Timur Tengah.
Laporan: Audi Raihanah



