telusur.co.id - Rezim Zionis Israel untuk pertama kalinya mengaku terlibat dalam serangan teror militer Amerika Serikat (AS) yang menggugurkan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020 silam.
Rai-Alyoum mengutip Media Israel, Haaretz Senin (20/12/21), melaporkan bahwa dalam sebuah wawancara dengan Israel Intelligence Heritage and Commemoration Center yang diterbitkan bulan lalu, mantan kepala intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayjen Tamir Heyman menyebut pembunuhan itu sebagai salah satu dari “dua pembunuhan signifikan dan penting” selama masa jabatannya, sedangkan satu lainnya adalah pembunuhan pemimpin Jihad Islam Baha Abu al- Ata.
“Pembunuhan Soleimani adalah sebuah pencapaian, karena musuh utama kami, di mata saya, adalah Iran. Dua pembunuhan signifikan dan penting dapat dicatat dalam masa jabatan saya,” kata Heyman yang menyelesaikan masa jabatannya sebagai kepala intelijen IDF pada bulan Oktober lalu.
Dia menambahkan bahwa Israel telah melakukan beberapa operasi untuk mengganggu penyebaran senjata dan dana Iran di kawasan.
Beberapa hari setelah jenderal tersohor Iran itu terbunuh, NBC News melaporkan bahwa intelijen Israel membantu AS dalam serangan yang dilancarkan dengan menggunakan pesawat nirawak di Baghdad.
Menurut laporan itu, informan di bandara internasional Damaskus memberi tahu CIA tentang waktu pesawat Soleimani lepas landas ke Baghdad, sementara Israel mengkonfirmasi intelijen yang diberikan kepada AS. [Tp]



