telusur.co.id - Seorang analis urusan Arab di Radio Tentara Israel, Jackie Hogi menyatakan bahwa setelah perang 3 hari di Gaza, popularitas Jihad Islam Palestina kian bertambah. Ia menilai, faksi ini memiliki program jangka panjang bukan hanya di Gaza, tapi juga di luar kawasan tersebut.
Dilansir FarsNews yang mengutip Maariv, Rau (17/8/22), Hogi mengatakan, meski Jihad Islam mendapat sejumlah pukulan dari Israel, namun ia pun sukses menembakkan roket tanpa henti ke arah Tanah Pendudukan. Hal ini membuat jutaan orang Israel harus bertahan di tempat-tempat perlindungan.
Menurut analis Israel ini, popularitas Jihad Islam telah meningkat di Gaza dan di wilayah luarnya, bahkan hingga Jaffa dan di dalam Garis Hijau. Para warga Arab (orang Palestina yang tinggal di Tanah Pendudukan) pun mengelu-elukan nama Jihad Islam.
Hogi berpendapat, Jihad Islam baru-baru ini telah memusatkan perhatian kepada strategi baru yang fokus pada Tepi Barat untuk sebuah tujuan jangka panjang. Dalam beberapa tahun mendatang, Jihad Islam diprediksi akan menjadi lawan berat Rezim Zionis Israel dan berubah menjadi Hizbullah Lebanon versi II.
“Demi mewujudkan tujuan ini, Jihad Islam telah menghimpun anggotanya di Tepi Barat. Jihad Islam juga menambahkan kelompok-kelompok bersenjata lain, termasuk Brigade al-Aqsa (sayap militer Fatah), di Nablus dan Jenin. Jihad Islam bekerja untuk memperluas perlawanan di kota-kota lain Tepi Barat,” tulis Hogi di Maariv.
“Semua ini dilakukan atas instruksi komandan Jihad Islam di Beirut dan ‘dukungan penuh Iran’. Bukan sesuatu kebetulan ketika Jihad Islam menamakan operasinya dalam perang 3 hari di Gaza dengan ‘Tauhid al-Sahat’ (Penyatuan Medan-medan). Yang dimaksud Jihad Islam adalah Gaza mendukung Tepi Barat, dan Tepi Barat juga mendukung Gaza”, tandasnya. [Tp]



