telusur.co.id - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan berkunjung ke Tel Aviv dan menemui Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Pertemuan tersebut dilakukan di saat Iran dan Israel saling melempar ancaman.

Dalam tulisannya di al-Mayadeen, analis Palestina, Shurahbil al-Gharib menilai bahwa lawatan Sullivan hanya untuk menyampaikan pesan menenangkan soal isi kesepakatan mendatang, sebab  Israel menentang segala bentuk kesepakatan dan menegaskan embargo ekonomi atas Iran harus dipertahankan.

“Provokasi Zionis atas Iran bukan hanya untuk menciptakan kekhawatiran soal proyek nuklir Teheran saja. Kekhawatiran utama Israel adalah drone dan para sekutu Iran di Poros Perlawanan. Di lain pihak, AS tak lagi mengutamakan kepentingan Tel Aviv atas Washington, sebab ia berhadapan dengan masalah yang lebih penting, seperti masalah Asia Timur, China, dan Ukraina,” tulis al-Gharib.

Menurutnya, yang paling ditakuti Israel dari perundingan adalah dicabutnya sanksi ekonomi Iran, yang akan membebaskan kapasitas finansial-ekonomi dan mengembangkan kekuatan industri serta militer Republik Islam itu.

“Barangkali Israel bisa melancarkan pukulan pertama ke Iran. Namun setelah itu, Israel tidak akan bisa mengendalikan kancah pertempuran. Akibat-akibat buruk akan menantinya, sebab Iran tidak akan tinggal diam terhadap bahaya yang mengancamnya. Bisa saja Iran menggunakan opsi-opsi berat yang mungkin tidak bisa ditanggung oleh Tel Aviv dan Kawasan,” tandas al-Gharib. [Tp]