Lamine Yamal Gagal Raih Ballon d’Or, Sang Ayah: Ini Bukan Perampokan, Tapi Pelanggaran Moral - Telusur

Lamine Yamal Gagal Raih Ballon d’Or, Sang Ayah: Ini Bukan Perampokan, Tapi Pelanggaran Moral

Lamine Yamal, bintang muda FC Barcelona

telusur.co.id - Di balik gemerlap panggung Ballon d’Or 2025 yang menobatkan Ousmane Dembele sebagai pemain terbaik dunia, muncul sorotan tajam terhadap Lamine Yamal, wonderkid Barcelona yang finis di posisi kedua. 

Meskipun gagal membawa pulang trofi utama, Yamal tetap pulang dengan kepala tegak usai kembali merebut Trofi Kopa penghargaan untuk pemain U-21 terbaik dunia untuk tahun kedua berturut-turut.

Namun, bukan hanya performa sang pemain muda yang menyita perhatian publik, melainkan juga reaksi sang ayah, Mounir Nasraoui, yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap hasil pemungutan suara juri.

Selama musim 2024/2025, Lamine Yamal tampil konsisten sebagai motor serangan Barcelona. Di usia 18 tahun, ia tak hanya menjadi andalan klub, namun juga bersinar di panggung internasional bersama timnas Spanyol. Kecepatannya, visi bermain, dan kontribusi dalam laga-laga krusial menjadikannya kandidat kuat penerima Ballon d’Or.

Sayangnya, meski mengumpulkan jumlah voting yang mengesankan, Yamal harus puas berada tepat di belakang Dembele, yang tampil gemilang bersama PSG dan membawa klub ibu kota Prancis meraih Liga Champions pertama mereka.

Ketika Yamal memilih tetap tenang dan memberi selamat secara sportif kepada Dembele, sang ayah justru melontarkan pernyataan kontroversial kepada media Spanyol usai acara.

“Tahun depan Lamine yang bakal menang. Dia anak hebat. Menurut saya hari ini kurang tepat jika disebut perampokan, namun lebih ke pelanggaran moral kepada umat manusia,” ucap Mounir Nasraoui, seperti dikutip dari Marca dan Diario AS.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pendapatnya tidak dipengaruhi oleh hubungan darah.

“Yamal adalah pemain terbaik di dunia saat ini, bukan karena dia anak saya, tapi karena memang tidak ada yang bisa menandinginya,” tambahnya dengan nada tegas.

Pernyataan ini sontak memicu berbagai reaksi di media sosial, dengan sebagian publik menilai komentar Mounir sebagai bentuk kekecewaan wajar, namun tak sedikit pula yang menyebutnya berlebihan.

Sementara ayahnya menyuarakan protes, Lamine Yamal menunjukkan sikap dewasa. Dalam pidatonya saat menerima Trofi Kopa, ia lebih memilih berterima kasih kepada tim, pelatih, dan orang-orang di sekitarnya.

“Saya tidak akan melupakan jasa kawan-kawan saya dan semua orang yang berjasa dalam karier saya hingga saya dapat berada di sini. Saya akan tetap bekerja keras agar dapat meraih berbagai penghargaan di masa depan,” ujar Yamal penuh rasa syukur.

Meski gagal mengawinkan Trofi Kopa dengan Ballon d’Or tahun ini, Lamine Yamal masih punya waktu dan ruang untuk berkembang. Usianya yang masih sangat muda memberi sinyal bahwa ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang menuju dominasi dunia sepak bola.

Dan jika ambisi sang ayah menjadi gambaran semangat keluarga Yamal, maka musim depan dunia akan kembali menyaksikan pertarungan dua bintang Dembele sang juara bertahan, dan Yamal sang penantang masa depan.


Tinggalkan Komentar