telusur.co.id - Seorang pakar politik Amerika Serikat (AS) Walid Phares menilai Iran menjadi pemenang  dalam konflik Washingon-Teheran yang telah berlangsung lebih dari empat dekade. 

Dalam artikelnya di situs berita dan opini konservatif AS Newsmax, sarjana AS kelahiran Lebanon dan pakar politik konservatif itu mengaku telah mempelajari lebih dari 41 tahun perkembangan di Republik Islam Iran dan hubungan internasionalnya.

Phares, yang juga penasihat kebijakan luar negeri Donald Trump dalam kampanye presiden 2016, menyebutkan, sejauh ini Iran menang dalam konflik dengan AS.

"Setelah mempelajari rezim Iran, dari asal-usulnya hingga saat ini, dari revolusi tahun 1979, aliansi dengan Assad, peluncuran Hizbullah, krisis penyanderaan tahun 1980-an, perang proksi dengan Israel, kebangkitan proyek nuklirnya, dan kendali milisi atas empat negara Arab selama dekade terakhir, kesimpulan saya saat ini adalah bahwa penguasa Teheran menang, setidaknya sejauh ini,” ungkapnya, seperti dikutip IRNA, Rabu (18/5/22).

“Mengikuti garis konfrontasi yang luar biasa selama beberapa dekade dengan AS, Israel dan banyak negara Arab, Teheran mampu bertahan dari Perang Dingin, dunia unipolar tahun 1990-an, era pasca 9/11, Musim Semi Arab (Arab Springs), dan waktu setelah penarikan AS dari Afghanistan ke Irak. Ia (Iran) telah memperkuat kemampuan militer dan intelijennya di dalam negeri, memperluas ekspansi teritorialnya di kawasan itu melalui milisi, dan memperoleh pengaruh signifikan di Barat, berkat daya tarik yang diberikan oleh Kesepakatan Iran,” imbuhnya.

Mengenai negosiasi nuklir antara Iran dan kekuatan dunia, termasuk AS dan sekutu Eropanya, Phares mengakui bahwa Washington tidak memenangkan pembicaraan. 

“Sayangnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Republik Islam Iran menggunakan kesepakatan itu untuk tumbuh lebih kuat dan melemahkan kepentingan nyata AS,” ungkapnya. [Tp]