telusur.co.id - Perdana Menteri (PM) Sudan, Abdalla Hamdok, memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mundur setelah enam pekan menduduki kembali jabatannya yang bagian kesepakatan dengan para pemimpin kudeta militer.

Pengumuman itu muncul setelah tiga pengunjuk rasa dibunuh oleh pasukan kemanan Sudan, selama demonstrasi anti-kudeta di dekat ibu kota pada hari yang sama.

"Saya memutuskan untuk mengembalikan tanggung jawab dan mengumumkan pengunduran diri saya sebagai Perdana Menteri Sudan,” kata PM Abdalla Hamdok dalam pidato yang disiarkan televisi, Senin (3/1/22).

Dalam video pengumuman pengunduran dirinya yang disiarkan televisi, Hamdok mengklaim mundur untuk memberi jalan ”bagi anak putra atau putri” bangsa  menyelesaikan masa transisi.

"Dan memberikan kesempatan kepada pria atau wanita lain dari negara yang mulia ini untuk … membantunya melewati apa yang tersisa dari masa transisi ke negara demokrasi sipil,” ujarnya.

Dia juga memuji rakyat Sudan atas tekad mereka dalam menuntut “kebebasan dan keadilan” selama unjuk rasa.

"Anda pasti akan memiliki masa depan yang lebih baik dengan antusiasme revolusioner Anda,” ujarnya.

Abdalla Hamdok merupakan seorang ekonom dan mantan pejabat PBB yang dihormati secara luas oleh masyarakat internasional. Ia menjadi Perdana Menteri Sudan di bawah perjanjiain pembagian kekuasaan antara militer dan warga sipil setelah penggulingan Bashir.

Laporan: Alifia Adra