Tegang Soal Ladang Gas, Hizbullah Ancam Israel - Telusur

Tegang Soal Ladang Gas, Hizbullah Ancam Israel

Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah. (Foto: Rai Al-Youm).

telusur.co.id - Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa pihaknya dapat bertindak tegas dan efektif jika Israel nekat mengekstraksi gas alam dari ladang Karish yang disengketakan di perbatasan Lebanon.

Menyinggung rig gas terapung Energean Power yang didatangkan Israel baru-baru ini di sekitar kawasan sengketa di perbatasan tersebut, Sayyid Nasrallah memperingatkan bahwa kapal telah tiba untuk mengekstraksi gas alam, tapi dia mengakui bahwa rig tersebut tidak berada di perairan yang disengketakan, melainkan di dekatnya.

“Kita memiliki kekayaan besar yang diperkirakan mencapai ratusan juta, dan itu milik orang Lebanon, dan kekayaan itu adalah satu-satunya harapan untuk menghentikan keruntuhan dan mengatasi masalah yang kita derita,” kata Nasrallah kepada orang-orang Lebanon, seperti dilansir Rai Al-Youm, Kamis (9/6/22).

Ia juga menyebutkan bahwa AS dan Israel berusaha melucuti area yang luas dari Lebanon dan mencegah perusahaan ekstraksi bekerjasama dengan Lebanon.

Sayyid Nasrallah memperingatkan bahwa “waktu tidak menguntungkan Lebanon,” karena penundaan sampai setelah dimulainya ekstraksi akan berarti hilangnya manfaat ladang tersebut dari Lebanon.

Pemimpin Hizbullah ini menyebutkan bahwa sejauh ini kapal Israel masih berada di luar wilayah yang disengketakan, dan berencana akan menarik gas dari dalam kawasan sengketa.

“Lebanon dalam konfrontasi ini memiliki hak, motif dan kebutuhan tertinggi, dan memiliki kekuatan yang bernama tentara dan kubu perlawanan,” ujarnya.

Dia memastikan Hizbullah memiliki “kekuatan militer dan logistik untuk mencegah musuh mengekstraksi gas dari Karish, dan semua tindakan musuh tak akan pernah dapat melindungi rig itu.”

Dia menambahkan, jika pemerintah Lebanon memilih rute negosiasi maka Hizbullah akan mendukung pihak yang berunding dan “memperkuat posisinya.”

“Kami berada di depan musuh yang tidak mengakui resolusi internasional, dan satu-satunya logika yang mengikutinya adalah logika kekuatan dan superioritas. Dari pengalaman, musuh tak menggubris resolusi internasional dan hanya mengindahkan dengan tekanan dan perlawanan,” ujarnya.

“Kubu perlawanan yang berkemampuan tidak bisa berdiam diri di depan penjarahan kekayaan Lebanon, dan mereka tidak akan tinggal diam," tambahnya.

Dia memperingatkan, semua opsi terbuka, Hizbullah tidak takut perang.

Sayyid Nasrallah pun menuntut agar Israel menghentikan segala kegiatan yang bertujuan mengekstraksi gas dari ladang Karish sampai negosiasi dengan Lebanon selesai. Dia  juga mengancam perusahaan Energean dan menyebutnya “mitra dalam serangan ke Lebanon,” dan memperingatkan bahwa hal ini memiliki “konsekuensi.”

Di pihak lain, Menteri Keuangan Israel Avigdor Liberman menolak ancaman Sekjen Hizbullah tersebut. Di Twitter dia mencuit; “Tak ada yang akan mendikte kami apakah akan mengekstraksi gas dari perairan ekonomi Negara Israel atau tidak. Israel adalah negara berdaulat dan akan terus membuat keputusan semata-mata sesuai dengan kepentingannya tanpa menggubris ancaman teroris tersebut atau lainnya.”

Lebanon dan Israel secara resmi berada dalam status perang, dan pada tahun 2006 Hizbullah terlibat perang berdarah-darah melawan Israel selama 33 hari. [Tp]


Tinggalkan Komentar