telusur.co.id - Magdalena Andersson, diangkat kembali oleh parlemen sebagai Perdana Menteri Swedia, setelah sempat mengundurkan diri, pekan lalu.
Magdalena Andersson sudah dipastikan menjadi PM baru setelah parlemen Swedia menggelar pemungutan suara pada 29 November.
Dalam pemungutan itu, 101 anggota parlemen memilih Andersson, sementara 173 lainnya menolak dan 75 abstain.
Mantan Menteri Keuangan Swedia ini telah memenangkan pemungutan suara yang sama pada Rabu pekan lalu. Namun, ia mengundurkan diri beberapa jam kemudian setelah mitra koalisi junior meninggalkan pemerintah.
"Seperti semua pemerintah minoritas, kami akan mencari kerja sama dengan partai lain di parlemen. Saya melihat peluang bagus untuk melakukannya," ujar Andersson, dikutip dari Reuters, Senin (29/11/21).
Untuk diangkat menjadi perdana menteri di bawah sistem politik Swedia, seorang kandidat hanya perlu menghindari suara mayoritas yang menentang mereka.
PM Andersson harus memimpin salah satu pemerintahan terlemah Swedia dalam beberapa dekade terakhir, dan mengatur anggaran yang sebagian dirumuskan oleh tiga partai oposisi, termasuk Demokrat Swedia anti-imigrasi, yang keuntungannya selama dekade terakhir terletak di jantung kekacauan politik Swedia.
Parlemen mengadopsi amandemen anggaran yang diajukan oleh oposisi pekan lalu yang sangat mengubah rencana pengeluaran pemerintah.
Sebelumnya, menteri keuangan Swedia sejak 2014 itu sudah terpilih menjadi perdana menteri pada pekan lalu. Namun, di hari yang sama ia mengundurkan diri usai usulan anggarannya tak mendapat dukungan. Koalisi yang dibentuk pun runtuh.
Andersson kemudian harus menyampaikan program kerja kepada Raja Swedia dalam pertemuan resmi Dewan Negara yang berlangsung hari ini, Selasa (30/11/2021). Ia akan menduduki posisi itu menggantikan PM sebelumnya, Stefan Lofven, yang mengundurkan diri tiga pekan lalu.
Selama memimpin nanti, posisi Andersson diperkirakan tidak menguntungkan, mengingat politik Swedia yang terpecah-belah.
Laporan: Audi Raihanah



