telusur.co.id - Saat ini, Indonesia tengah memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital, Internet of Things , serta kecerdasan buatan (AI).
Demikian diungkap Irjen Pol Andry Wibowo dalam acara sosialisasi empat pilar yang digelar di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (9/9/2024).
"Era ini melanjutkan perjalanan panjang revolusi industri sebelumnya, yang telah membawa perubahan signifikan dalam peradaban manusia," ucapnya.
Irjen Pol. Andry menilai, revolusi Industri 1.0 yang berfokus pada penggunaan tenaga otot, air, dan angin menandai kelahiran negara seperti Amerika Serikat.
Sementara itu, Revolusi Industri 2.0 dengan penemuan listrik mendorong ekspansi industri dan kolonialisasi ke berbagai belahan dunia.
Pada era Revolusi Industri 3.0, kehadiran komputer dan kemajuan komunikasi mengantarkan dunia pada era informasi dan konektivitas global yang erat. "Ini turut mempengaruhi gerakan kemerdekaan di berbagai negara, termasuk Indonesia," tuturnya.
Saat ini, dikatakan Irjen Pol. Andry, revolusi Industri 4.0 menghadirkan tantangan baru, di mana lanjut dia, teknologi tak hanya menjadi alat penting, akan tetapi berpotensi menggantikan peran manusia dalam berbagai sektor pekerjaan. "Generasi mendatang akan dihadapkan pada persaingan dengan teknologi," terang dia.
Tak hanya itu, dampak sosial seperti meningkatnya individualisme dan fanatisme terhadap kelompok tertentu juga menjadi perhatian, terutama dalam konteks multikulturalisme Indonesia yang beragam.
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang strategis, memiliki keragaman etnis, agama, dan keyakinan yang harus dijaga. Namun, keterbukaan terhadap produk dan budaya asing juga menjadi tantangan tersendiri. "Hal ini tercermin dari bagaimana Indonesia menerima produk-produk dari negara-negara yang pernah menjajahnya," sambung dia.
Irjen Pol. Andry melihat tantangan ke depan juga meliputi isu keberagaman gender, orientasi seksual, dan potensi konflik yang dapat timbul akibat perbedaan ras serta keyakinan. "Belajar dari negara-negara seperti Yugoslavia, yang terpecah karena konflik internal, Indonesia harus waspada agar tidak mengalami hal serupa," himbaunya.
Ia pun berharap generasi muda mampu menjaga keberagaman, membangun patriotisme, dan nasionalisme. Peran guru dalam pendidikan sangat penting, khususnya dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila serta semangat juang para pahlawan. "Kegiatan Pramuka, misalnya, dinilai sebagai wadah efektif untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan menjaga persatuan bangsa," tutupnya.
"Dengan menjaga keberagaman serta mengantisipasi tantangan era teknologi, Indonesia diharapkan tetap bersatu dan tangguh di masa depan," pungkasnya.[iis]