Fadli Zon Dorong Transformasi Museum yang Inklusif, Digital, dan Ramah Generasi Muda - Telusur

Fadli Zon Dorong Transformasi Museum yang Inklusif, Digital, dan Ramah Generasi Muda

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon dan Gubernur Akademi Kepolisian, Irjen Pol. Midi Siswoko. Foto ist

telusur.co.id - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon meresmikan Pameran Temporer Tosan Aji di Museum Akademi Kepolisian (Akpol). Acara tersebut digelar bersamaan dengan Seminar Tata Kelola Museum yang juga diselenggarakan di Museum Akpol, Kota Semarang. 

Mengusung tema Memperkuat Tata Kelola Museum: Menjaga Warisan, Membangun Peradaban, sebagai pembicara kunci seminar, Menteri Kebudayaan menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan Seminar Tata Kelola Museum yang digelar di Akpol dan Museum Akpol, Semarang. “Seminar ini menjadi ruang diskusi strategis sekaligus momentum penguatan komitmen bersama dalam memajukan museum sebagai pilar penting kebudayaan, pendidikan, dan kemajuan masyarakat,” ucapnya.

Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa museum merupakan institusi kepercayaan publik (public trust institution) yang memikul tanggung jawab ilmiah, sosial, dan etis. Hal ini sejalan dengan definisi museum versi Majelis Umum ICOM (International Council of Museums) pada 24 Agustus 2022.

"Sejarah panjang museum, mulai dari Ashmolean Museum di Oxford, British Museum, hingga Bataviaasch Genootschap di Jakarta, menunjukkan bahwa museum lahir dari kebutuhan manusia untuk memahami identitas budaya, memelihara warisan, dan memperluas pengetahuan lintas generasi," ujar Menteri Fadli Zon.

Lebih lanjut, Menteri Fadli Zon memaparkan kekayaan dan keragaman kebudayaan di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote.  1.340 kelompok etnis dan 718 bahasa daerah, serta memiliki posisi penting dalam peta peradaban dunia. Temuan arkeologi dan fosil manusia purba di wilayah Nusantara turut mengukuhkan Indonesia sebagai salah satu episentrum penting dalam studi evolusi manusia.

Gubernur Akademi Kepolisian, Irjen Pol. Midi Siswoko Waumenyebutkan momen peresmian Pameran Temporer Tosan Aji Museum Akpol dan Seminar Tata Kelola Museum merupakan momen pengembangan peran maksimal dalam bidang permuseuman. “Dikaitkan dengan peran Akpol dalam mendidik para calon perwira POLRI, Museum Akpol dapat semakin optimal dalam perannya dalam menyalurkan informasi sejarah terkait dan POLRI, serta berperan dalam pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang tidak hanya dapat dirasakan oleh Taruna Akpol, tapi juga masyarakat umum,” ujarnya.

Terkait tata kelola museum, Menteri Kebudayaan menyampaikan bahwa Indonesia saat ini memiliki sekitar 469 museum. Kementerian Kebudayaan juga telah membentuk Direktorat Sejarah dan Permuseuman dengan mandat khusus untuk mendorong standardisasi tata kelola kelembagaan yang profesional dan akuntabel; revitalisasi dan digitalisasi koleksi serta infrastruktur permuseuman, penguatan kerja sama dan inovasi, dan distribusi Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik secara lebih tepat sasaran.

Menteri juga menyoroti sejumlah tantangan pengelolaanmuseum saat ini, antara lain keterbatasan tenaga profesional, kesenjangan kapasitas antarwilayah, keterbatasan pendanaan, serta rendahnya keterlibatan publik.

"Museum Indonesia perlu merespons tuntutan zaman dengan meningkatkan inklusivitas, mengintegrasikan teknologi digital, dan menjadi ruang publik yang relevan bagi generasi muda," tegasnya.

Sebagai contoh praktik baik, Menbud menyampaikan bahwa model tata kelola di Museum Nasional melalui BLU Museum dan Cagar Budaya telah menunjukkan kemajuan, seperti pengembangan layanan edukasi dan konservasi, pembentukan Dewan Penyantun, serta penyelenggaraan eksibisi temporer dan inovasi digital dengan teknologi AI dan AR. Kementerian berharap praktik baik tersebut dapat direplikasi di museum-museum lain di seluruh Indonesia agar ekosistem permuseuman nasional menjadi lebih maju dan berdaya saing.

Seminar Tata Kelola Museum dihadiri oleh Gubernur Akademi Kepolisian, Irjen Pol. Midi Siswoko Wau; Wakil Gubernur Akademi Kepolisian, Brigjen Pol. M. Taslim Chaeruddin; Staf Khusus Menteri  Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Industri Kebudayaan, Anindita Kusuma Listya; Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana; serta para dosen, mahasiswa, sivitas Akademi Kepolisian, perwakilan museum di Indonesia dengan jumlah peserta tak kurang dari 100 orang.  

Menutup pidatonya, Menteri Kebudayaan mendorong pengelola museum untuk membangun jejaring kerja sama, baik nasional melalui Asosiasi Museum Indonesia (AMI), maupun internasional, seperti ICOM dan INTERCOM. Program-program semacam residensi kuratorial, riset kolaboratif, serta pengembangan koleksi bersama di situs-situs budaya seperti Sangiran, Borobudur, dan Muaro Jambi juga menjadi bagian dari strategi pemajuan.

"Di tengah era disrupsi, museum harus agile. Mengadopsi inovasi, memperkuat profesionalisme, dan membangun jejaring kolaborasi. Museum Indonesia harus menjadi rumah pengetahuan, benteng keberagaman, dan agen transformasi sosial," tutup Menbud. [ham]


Tinggalkan Komentar