telusur.co.id - Ratusan sarjana lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir pada Selasa, 8 Juli 2023, memenuhi Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta.
Kehadiran mereka di komplek wakil rakyat itu untuk mengikuti prosesi ‘Pelepasan Dan Penugasan Guru Ngaji/Da’i’. Mereka akan diberangkatkan ke berbagai daerah, pelosok, dan pedalaman di Indonesia untuk berdakwah.
STID Mohammad Natsir merupakan lembaga pendidikan berada di bawah naungan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Hadir dalam acara itu Wakil Ketua MPR Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid MA (HNW), Ketua Pembina DDII Prof. Dr. KH. Didin Hafinuddin M.Sc; Ketua Umum DDII Dr. H. Adian Husaini M.Si; dan Ketua Pengawas DDII Drs. Yusuf Djamal. Juga dari Kemenag, Kemendikbud, Baznas, Bank Mega Syariah dll lembaga yang mendukung kegiatan ini.
Dalam kegiatan yang bertema ‘Berkhidmat Membangun Negeri, Mengokohkan NKRI’ itu, HNW mengapresiasi DDII dan para juru dakwah yang akan dikirim ke berbagai daerah pedalaman, dan pelosok negeri seperti di Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Pulau Nias.
Berdakwah di berbagai tempat dikatakan oleh Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu sangat diperlukan dan dipentingkan sebab bangsa ini sepakat bahwa ideologi dan dasar negara adalah Pancasila di mana semua silanya sangat sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu bangsa Indonesia masyarakatnya yang berdasarkan survey berada pada posisi pertama sebagai masyarakat yang percaya pada Tuhan, juga termasuk negara yang warganya paling religius. Tetapi kita prihatin melihat berbagai perkembangan belakangan, yang oleh Wakil Presiden KH. Maruf Amien disebut bahwa bangsa ini mengalami darurat akhlak, karena berbagai penyimpangan yang tak sesuai dengan Pancasila dan ajaran Agama khususnya Islam. Maka sudah sewajarnya bila pengiriman para dai didukung untuk mencerahkan dan menyemangati warga ke seluruh lini termasuk ke pedalaman. Agar mereka dibimbing untuk konsisten dan istiqamah memahami dan melaksanakan ajaran Agama dengan baik dan benar, sehingga dakwah bisa berkontribus menjadi solusi, hadirkan generasi bonus demografi yang baik, warga bangsa yg turut menjadikan Indonesia sebagai negeri yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafuur, serta tersebarnya risalah Islam yang rahmatan lil alamin”ujarnya.
STID Mohammad Natsir mengirim juru dakwah ke berbagai pelosok negeri menurut HNW sesuai dengan nilai perjuangan Bapak bangsa, pahlawan Nasional, pendiri DDII yaitu Mohammad Natsir yang dengan mosi integralnya berhasil menyelamatkan negara Indonesia dari bentuk RI dikembalikan ke bentuk NKRI. “Para juru dakwah yang dikirimkan oleh DDII harusnya juga adalah para pelanjut perjuangan Mohammad Natsir yang cinta umat sekaligus cinta bangsa dan negara, sehingga orientasinya pada NKRI”, ujarnya.
HNW berpesan pada juru dakwah agar mereka memegang etika, ilmu dan fiqh dakwah, sehingga kehadirannya bisa menjadi solusi, menguatkan Umat, dan bisa membimbing umat mengatasi masalah2 yang terjadi. Diakuiny, di era globalisasi, sosial media berbarengan dengan era Post Truth seperti saat ini, umat banyak mengalami kebingungan dan kehilangan panutan, karena banyaknya informasi keagamaan yang beredar di Masyarakat.
Maka kegiatan berdakwah menurut alumni Pondok Pesantren Gontor itu juga perlu dilakukan dengan semangat unkhuwah dan ta’awun(kerjasama) dengan berbagai pihak seperti kerja sama dengan masjid, pesantren, lembaga ekonomi, dan ormas, “bahkan sebagaimana diteladankan oleh Buya M Natsir, pendiri DDII, Dakwah juga bisa melalui mimbar di parlemen, dan karenanya wajar juga bila dikerjasamakan dengan para jurudakwah yang aktif di Parlemen”tuturnya. “Semua perlu saling kerja sama karena nyatanya masalah dan tantangan umat, ada di mana2, sebagaimana peluang dan potensi mewujudkan maslahat Umat juga ada di mana2 agar para juru dakwah kembali dapat menguatkan NKRI, dan menyelamatkan generasi bonus demografi dari darurat akhlaq”pungkasnya.