telusur.co.id - Ketegangan di Gaza terus meningkat, dan Hamas kini secara terbuka menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai pihak yang sengaja menghambat upaya gencatan senjata demi melanjutkan apa yang mereka sebut sebagai “perang genosida.”
Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut delegasi Israel yang berada di Doha, Qatar, tidak benar-benar berniat bernegosiasi. Delegasi itu, menurut Hamas, hanya dijadikan tameng untuk menciptakan ilusi diplomasi, padahal niat utama Netanyahu adalah memperpanjang agresi militer di Jalur Gaza. “Delegasi ini tidak memiliki wewenang nyata. Mereka hanya menjadi alat Netanyahu untuk menipu opini publik internasional,” tegas Hamas.
Perang dan Retorika Bantuan yang Menyesatkan
Hamas juga menolak klaim Netanyahu soal masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Mereka menyebut bantuan yang disebutkan tak pernah benar-benar diterima oleh badan-badan kemanusiaan internasional, termasuk yang masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom.
“Ini semua penipuan,” tegas Hamas, menyatakan bahwa rakyat Gaza masih terjebak dalam krisis kemanusiaan akut, tanpa akses bantuan memadai.
Kantor Media Pemerintah Gaza menambahkan bahwa blokade Israel menyebabkan kelaparan sistematis terhadap lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza. Mereka mengecam kebijakan ini sebagai taktik penyiksaan massal yang disengaja.
Perlawanan Palestina Gencarkan Serangan Balasan
Di tengah pembekuan negosiasi, medan tempur di Gaza semakin panas. Kelompok-kelompok perlawanan Palestina terus melancarkan serangan militer terkoordinasi terhadap pasukan Israel (IOF), terutama di wilayah utara dan timur Jalur Gaza.
-
Brigade al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, menyatakan berhasil meledakkan bom GBU-39B di bawah kendaraan militer Israel di kawasan Shujaiya. Bom tersebut sebelumnya dijatuhkan oleh Israel sendiri.
-
Di Khan Younis, sebuah tank Merkava dihantam RPG hingga terbakar, menyebabkan korban di antara awaknya.
Sementara itu, Pasukan Martir Omar al-Qassem, sayap bersenjata dari Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, juga melakukan penyergapan terhadap patroli jalan kaki Israel yang dipancing masuk ke area jebakan bahan peledak. Kontak senjata pecah, menyebabkan korban jiwa dan memaksa Israel meminta bantuan udara.
Pertempuran Sengit, Korban di Kedua Pihak
Di Jalur Gaza barat laut, Brigade al-Qassam—sayap militer Hamas—juga melaporkan serangan besar terhadap tiga kendaraan militer Israel menggunakan ranjau dan granat Tandem. Pertempuran jarak dekat terjadi, yang dilaporkan menyebabkan banyak korban di pihak Israel.
Helikopter militer kembali dikerahkan untuk evakuasi pasukan yang terluka—bukan untuk pertama kalinya pekan ini. Bahkan media Israel melaporkan keruntuhan bangunan di Gaza yang menjebak dan melukai tiga tentara IOF, dua di antaranya dalam kondisi kritis.
IOF sendiri mengonfirmasi tewasnya Sersan Staf Danilo Mocanu (20 tahun) dari Brigade Lapis Baja ke-7 dalam bentrokan di Gaza selatan. Satu prajurit lainnya juga dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.
Tekanan Internasional dan Ketimpangan Kekuatan
Hamas menegaskan bahwa relasi kuasa yang timpang, ditambah dengan kebijakan militer agresif Israel, menjadi penghalang utama tercapainya perdamaian. Mereka juga menyambut dukungan internasional yang mulai meningkat, khususnya dari beberapa negara Eropa yang mengecam blokade Israel.
Menurut Hamas, fakta bahwa delegasi Israel masih berada di Doha tanpa kemajuan apapun, ditambah dengan meningkatnya serangan militer, menunjukkan satu hal:
Netanyahu tidak menginginkan perdamaian. Ia memilih perang.
Situasi di Gaza kini berada di titik kritis. Di tengah runtuhnya infrastruktur, blokade bantuan, dan korban jiwa yang terus bertambah, tekanan terhadap semua pihak untuk menyudahi konflik ini pun semakin besar. Namun, sejauh ini, upaya menuju gencatan senjata tampak semakin kabur—tersandera kepentingan politik dan kekerasan yang terus berulang.[]