telusur.co.id - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid hadiri pelantikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Jakarta Selatan serta pengukuhan dirinya sebagai penasehat pengurus daerah Muhammadiyah Jakarta Selatan periode 2022-2027, sekaligus menyampaikan orasi budaya. Dalam orasinya, Hidayat Nur Wahid menyebutkan pentingnya menjaga dan mengaktualisasikan budaya Muhammadiyah yang sudah mensejarah antara lain tampil memberi solusi, mengkoreksi, menyelamatkan bangsa, dan menghadirkan pencerahan untuk kemajuan umat, bangsa dan negara. Itu semua tetap relevan dilakukan dan selalu perlu dilakukan sebagai aktualisasi penyebutan Muhammadiyah bahwa Indonesia adalah negara kesepakatan dan kesaksian (Darul ‘Ahdi wasy Syahadah).
“Dengan menyegarkan ungkapan selain “Jas Merah” tapi juga “Jas Hijau”(Jangan Sekali Sekali Menghilangkan Jasa Para Ulama), kita mendapatkan makna bagaimana umat Islam, dan Muhammadiyah di dalamnya, memberikan keteladanan dalam perjuangan memajukan umat bangsa dan negara dalam bingkai Pancasila dan NKRI, yang luar biasa. Itulah bagian dari budaya yang perlu untuk kita segarkan. Umat Islam, dan Muhammadiyah, di dalamnya tampil menjadi bagian yang menyelamatkan bangsa, menghadirkan solusi, dan terus membawa harapan yang tidak pernah padam,” kata Hidayat Nur Wahid dalam Orasi Budaya usai pengukuhan Pengurus Wilayah Muhammadiyah dan Aisiyiah Jakarta Selatan beserta cabang-cabangnya di Auditorium Masjid Al Huda Muhammadiyah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (9/9/2023).
Orasi Budaya dan Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Jakarta Selatan periode 2022-2027 bersama cabang-cabangnya ini dihadiri Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta Dr. Akhmad Abubakar, Pimpinan Pengurus Wilayah Aisyiyah Jakarta, Pengurus Daerah Muhammadiyah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, Pimpinan Pengurus Daerah Aisyiyah Jakarta Selatan, dan sutradara film Hanung Bramantyo yang juga menyampai orasi budaya.
Dalam hal koreksi dan menyelamatkan bangsa, HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, menyebut nama tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo. Ketua PB Muhammadiyah saat Indonesia memproklamasilan kemerdekaannya, yang juga anggota PPKI ini menyelamatkan Indonesia ketika ada tuntutan dari Indonesia Timur yang ingin keluar dari Indonesia karena merasa bukan bagian dari Indonesia dengan adanya kesepakatan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Kemudian, Ki Bagus Hadikusumo bersama Mr Kasman Singodimedjo, Mr Mohammad Hasan, dan KH Wahid Hasyim menerima penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, saat Mohammad Hatta membacakan kesepakatan dengan tokoh umat Islam, Ki Bagus Hadikusumo tampil memberikan koreksi. Mohammad Hatta menyebutkan Ketuhanan yang maha esa berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Ki Bagus Hadikusumo mengkoreksi Moh Hatta dengan mengatakan bahwa kesepakatan dengan tokoh umat Islam adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia. Dan, selamatlah Indonesia.
“Jas Merah (Jangan sekali-sekali melupakan Sejarah), tapi sejarah umat Islam sering dilupakan, termasuk sejarah Ki Bagus Hadikusumo yang mengkoreksi dengan menegaskan Ketuhanan Yang Maha Esa agar kita bertauhid dengan benar. Karena itu, saya termasuk yang mempopulerkan selain Jas Merah, tapi juga Jas Hijau, Jangan Sekali-Sekali Menghilangkan Jasa Para Ulama,” kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS ini.
Sebagaimana Ki Bagus Hadikusumo yang melakukan koreksi, lanjut HNW, dilanjutkan saat ini dengan perjuangan Prof Dien Syamsuddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, untuk melakukan jihad konstitusi meluruskan kiblat bangsa. “Hari-hari ini, menjelang tahun depan Pemilu 2024, banyak hal penting untuk kita koreksi. Sekali lagi bahwa budaya Muhammadiyah yang tampil mengkoreksi, menyelamatkan, menghadirkan pencerahan tetap bisa dilakukan dan selalu perlu dilakukan,” katanya.
Menurut HNW, dengan semangat budaya itu maka sudah sangat sewajarnya bila Muhammadiyah mencerahkan umat dan bangsa agar tidak memubazirkan kesempatan yang diberikan oleh Konstitusi dengan melanjutkan ajaran KH Ahmad Dahlan dengan amar ma’ruf dan solusi-solusi atau ijtihad-ijtihad kreatif ajaran beliau. “Ormas Islam seperti Muhammadiyah juga bisa berkolaborasi dengan partai-partai politik termasuk partai Islam, agar tidak memubazirkan kesempatan tahun 2024 untuk meluruskan kiblat bangsa agar tidak semakin menyimpang dari tujuan Indonesia Merdeka sebagaimana dulu diperjuangkan oleh Bapak/Ibu Bangsa termasuk oleh tokoh-tokoh atau Pimpinan Muhammadiyah," pungkasnya.