Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, sejak Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2016-2017, kemudian masuk Pilkada serentak 2018, dan masuk suasana Pemilu 2019, ruang publik kita dijejali dengan ujaran kebencian dan hoaks. Bahkan saat ini, hoaks sudah sangat mengkhawatirkan.
“Pertanyaanya siapa yg berkepentingan utk memproduksi dan merduksi hoaks itu?” kata Karyono dalam Diskusi Publik bertajuk “Indonesia Darurat Hoaks: Siapa Untung?” di aula DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Jalan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (10/1).
“Kami merasa risau dan khawatir di tengah kondisi bangsa saat ini dimana ujaran kebencian dan hoaks memenuhi ruang publik dan diskursus kita mulai elit hingga di warung kopi,” ujarnya.
Karyono juga mengaku khawatir, ke depan hoaks bisa menjadi industri. Jika hal itu terjadi, kata dia, maka akan muncul pabrik-pabrik hoaks nantinya.
“Hoaks bukan hanya untuk kepentingan politik saja. Tapi kalau hoaks sudah jadi industri, maka akan jadi ancaman bagi perkembangan ekonomi dan bisnis. Tidak hanya berhenti di perusahaan, tapi kalau tidak segera ditangani, maka bisa digunakan untuk kepentingan personal,” tambahnya.
Karenanya, supaya hoaks tidak jadi budaya, dia mendorong supaya ada gerakan nasional jadikan hoaks menjadi musuh bersama atau common enemy.
“Mungkin perlu ada gerakan Indonesia bicara baik. Walau saya tahu bicara tidak baik itu tidak akan bisa dihapuskan sampai kiamat, tapi tugas kita agar hoaks dan ujaran kebencian bukan jadi budaya,” demikian Karyono.[ham]