telusur.co.id - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat berharap, pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan guru di tanah air yang realitasnya masih memprihatinkan. Mbak Rerie -- panggilan akrab Lestari Moerdijat -- mengaku ‘iri’ terhadap kesejahteraan guru di Finlandia.
"Di Finlandia, guru merupakan profesi yang sangat dihormati, pendapatannya lebih tinggi daripada pendapatan dokter dan profesi yang lain," katanya menjawab pertanyaan wartawan di Gedung DPR, Senin (25/11) bertepatan dengan peringatan Hari Guru yang jatuh hari ini.
Politisi perempuan dari Partai NasDem ini mengatakan, karena guru merupakan profesi yang mulia, maka pemerintah mesti memperhatikan pendapatan guru yang masih minim itu.
Sebelum membicarakan masalah pengembangan kapasitas pendidikan dan lain-lain, katanya, pemerintah perlu meningkatkan dulu kesejahteraan guru. "Ingat loh, guru itu adalah tiang utama pendidikan. Orang Jawa bilang, guru itu digugu dan ditiru. Artinya, guru memberikan keteladanan. Oleh karena itu ke depan, kesejahteraan guru harus diperhatikan dan ditingkatkan," pintanya.
Ditanya tentang cara untuk meningkatkan kesejahteraan guru, Mbak Rerie menyebut ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, persoalan guru honorer harus diatasi oleh pemda dan masyarakat. Zonasi guru perlu disempurnakan.
Faktanya, menurut Rerie, partisipasi masyarakat terhadap pendidikan masih rendah, padahal di masa lalu, kesejahteraan guru dipikirkan bersama oleh masyarakat yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah.
Kedua, pengembangan kapasitas guru harus dinaikkan terus. Caranya, kata Rerie, melalui beragam self training program yang berbiaya murah. Misalnya, memasukkan "in kind" finansial yang besar dari masyarakat.
Ketiga, mengembangkan kegiatan perencanaan keuangan sekolah secara transparan dan terbuka. "Seperti misalnya, Sekolah Sukma di Aceh memiliki sistem keranjang, kegiatan sekolah yang berorientasi pada peningkatan penerimaan anggaran sekolah secara partisipatif dari masyarakat dan dunia usaha," kata Mbak Rerie yang menjabat sebagai Dewan Pembina Yayasan Sukma Bangsa yang mengelola beberapa sekolah unggulan di Bireuen, Pidie dan Lhokseumawe, Aceh.
Untuk menjalankan ketiga hal tersebut, kata Mbak Rerie, pemerintah perlu mendata ulang basis pembiayaan operasional sekolah yang lebih konkret dan efisien.
"Unit cost analysisnya harus berbasis sekolah, bukan berbasis jumlah kepala siswa seperti sekarang," tegas Mbak Rerie lagi.
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini lalu menceritakan pengalamannya mengirimkan 30 orang guru dari Sekolah Sukma ke Finlandia untuk mengambil master bidang pendidikan yang hasilnya cukup membanggakan. "Kini Sekolah Sukma menjadi satu-satunya sekolah yang memiliki 30 master di bidang pendidikan," kata Rerie.
Menjawab pertanyaan wartawan, Rerie mengakui, Indonesia belum mampu memproduksi guru yang hebat. Menurut Rerie, para guru di negeri ini tersandera oleh kewajiban administrasi – sebagaimana tertuang dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen -- ketimbang diberi kemerdekaan mendidik.
"Guru yang hebat adalah guru yang menjadi sumber inspirasi. Kalau hanya punya kemampuan mengajar tetapi belum menjadi sumber inspirasi, itu guru yang biasa-biasa saja," ujarnya.
Dijelaskan, dalam undang-undang No 14/2005, definisi guru sangat mulia. Guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Namun kemuliaan profesi guru, katanya, masih sebatas teks. "Praktiknya, guru masih mengutamakan kewajiban administrasi yang diatur undang-undang."
Guru belum diberi kebebasan penuh untuk menemukan cara-cara baru menjadi pendidik yang kreatif dan inovatif. "Saya lihat, persoalan yang dihadapi para guru sudah ditangkap dengan jeli oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadhiem berjanji untuk memperjuangkan kemerdekaan belajar yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantoro yang mementingkan kemerdekaan berpikir anak didik," ujarnya. [Ham]