telusur.co.id - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa keterlibatan Indonesia dalam aliansi BRICS bukan sekadar langkah simbolik, melainkan bagian dari strategi besar menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia selatan. BRICS, menurutnya, adalah cerminan tatanan dunia baru yang lebih adil, inklusif, dan setara, di mana negara-negara berkembang bersatu dalam solidaritas ekonomi. “Dengan bergabungnya Indonesia, kita memperluas kanal kerja sama strategis di bidang industri, inovasi teknologi, investasi, dan transformasi digital. Ini bukan hanya forum ekonomi, tapi panggung untuk membangun masa depan yang lebih berimbang,” ujar Agus dalam keterangannya dari Brasil, Jumat (23/5).
Dalam Pertemuan Menteri-Menteri Industri BRICS ke-9 yang digelar di Brasilia, Brasil, Agus hadir membawa mandat nasional untuk mendorong transformasi industri Indonesia ke arah digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan, sesuai arah kebijakan Making Indonesia 4.0. “Digitalisasi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau tidak boleh berhenti sebagai jargon. Kita ingin memastikan ketiganya tertanam kuat dalam fondasi pembangunan industri Indonesia,” tegasnya.
Perkuat Hubungan Bilateral dengan Brasil
Dalam lawatannya, Agus juga menemui masyarakat Indonesia yang tinggal di Brasil dan menyoroti hubungan erat Indonesia–Brasil yang sudah terjalin sejak 1953. Kerja sama kedua negara, khususnya di bidang perdagangan, industri, dan investasi, terus menunjukkan tren positif, dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari USD 7 miliar pada 2024.
Komoditas unggulan Indonesia ke Brasil antara lain kendaraan bermotor, minyak sawit, dan alas kaki. Dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Brasil, disepakati untuk memperkuat sinergi di sektor bioenergi, industri dirgantara, dan ekonomi hijau berbasis sumber daya terbarukan.
Indonesia Siap Jadi Penggerak Industri Berkelanjutan Global South
Dalam kerangka BRICS, Agus menegaskan Indonesia tidak ingin hanya menjadi pasar, tetapi pusat produksi dan inovasi global. “BRICS memberi kita peluang besar untuk memperkuat posisi industri nasional di kancah global yang kini bergerak menuju keberlanjutan, inklusivitas, dan inovasi,” ungkapnya.
Indonesia kini juga mendorong partisipasi aktif dalam berbagai program BRICS seperti: BRICS Center for Industrial Competences, PartNIR Innovation Centre, SME Working Group Action Plan 2025–2030
Tujuannya adalah memperkuat industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Kinerja Industri Nasional Tetap Tangguh
Agus turut menyampaikan capaian industri pengolahan nonmigas Indonesia yang tetap kuat meski di tengah tantangan global. Pada triwulan I-2025, sektor ini tumbuh 4,31% (year-on-year) dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 17,5%.
Dari sisi ekspor dan investasi: Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas: USD 52,90 miliar, Realisasi investasi: Rp 179,70 triliun
Indonesia juga menjadi negara dengan Manufacturing Value Added (MVA) tertinggi ke-4 di BRICS, setelah Tiongkok, India, dan Brasil. Berdasarkan data Bank Dunia, MVA Indonesia pada 2023 tercatat USD 255,96 miliar — unggul dibanding Rusia, Arab Saudi, Iran, Mesir, UEA, Afrika Selatan, dan Ethiopia.
Indonesia Siap Ambil Peran Lebih Besar di Panggung Global
Menperin menekankan bahwa Indonesia memiliki modal kuat berupa sumber daya alam, kekayaan hayati, dan bonus demografi. Namun itu semua harus diiringi dengan inovasi dan keberanian mengambil peran strategis di tingkat global. “BRICS menuntut kontribusi nyata. Kita ingin menjadi pemain utama, bukan sekadar penonton dalam transformasi industri global,” ujarnya.
Untuk itu, pemerintah terus menciptakan ekosistem industri yang mendukung pertumbuhan berkelanjutan, termasuk memperkecil kesenjangan teknologi antara industri besar dan IKM.
Di akhir keterangannya, Agus menyampaikan apresiasinya kepada komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. “Kunjungan saya ke Brasil membawa misi kebangsaan. Kami membangun jembatan kerja sama, memperkuat relasi, dan membawa nama Indonesia ke panggung yang lebih tinggi,” tutupnya.[iis]