telusur.co.id - Peran generasi muda dalam menyemai dan menjaga nilai-nilai demokrasi dan Pancasila serta kontribusinya dalam pembangunan bangsa menjadi topik utama diskusi menyambut 96 tahun Sumpah Pemuda, bertajuk “PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN” yang dihelat di Hotel Bintang Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (26/10/24).
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) dan Inisiator Kedai Ide Pancasila (KIP), Abdul Ghopur menyampaikan pandangannya terkait posisi strategis pemuda dalam konteks sejarah dan tantangan kebangsaan yang dihadapi saat ini.
Dalam pemaparannya, Ghopur menekankan pentingnya refleksi terhadap capaian cita-cita proklamasi 1945.
“Sudah sejauh mana cita-cita proklamasi ‘45 yang didorongkan keinginan luhur para pendirinya itu tercapai? Apa ukurannya dan apa makna ‘merdeka’ bagi rakyat Indonesia? Ini bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab, karena tiap orang memiliki perspektif dan cita-cita yang berbeda sesuai dengan posisinya masing-masing,” ujarnya.
Ghopur juga menyoroti peran sejarah yang selalu dimainkan oleh pemuda dalam berbagai perubahan sosial-politik di Indonesia. Menurutnya, pemuda tidak hanya menjadi bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat, tetapi juga merupakan kekuatan penggerak perubahan sosial yang signifikan.
“Pemuda sesungguhnya bukan sekadar bagian dari lapisan sosial dalam masyarakat saja… mereka memainkan peranan penting dalam perubahan sosial,” lanjutnya.
Dalam pandangannya, semangat heroik-nasionalisme yang melekat pada pemuda sering kali menjadi pendorong utama dalam perubahan besar di Indonesia, mulai dari Kebangkitan Nasional 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945.
Namun, Ghopur juga menyampaikan keprihatinannya terkait situasi pemuda saat ini yang dinilai kehilangan semangat nasionalisme dan integritas politik.
“Nasionalisme pemuda kian hari kian sirna bahkan terkoyak,” kata Ghopur.
Menurutnya, ini terjadi bukan semata-mata karena minimnya kompetensi, tetapi juga karena kurangnya dukungan konstituensi yang diperlukan untuk membangun integritas kepemimpinan politik di kalangan pemuda.
Diskusi ini juga menyinggung tantangan global dan domestik yang dihadapi Indonesia, mulai dari dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi global hingga dinamika politik yang belum sepenuhnya mampu menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
“Kemerdekaan berpolitik, usaha penegakan hukum, dan liberalisasi ekonomi… belum menghasilkan masyarakat sejahtera. Kegagalan ini dikarenakan mereka masih ‘berpusing-pusing’ menikmati dan memperpanjang transisi serta menyerahkan pemaknaan dan realisasi kesejahteraan ekonomi pada teknokrat, politisi, dan saudagar politik yang menjauhi rakyat,” jelasnya.
Ghopur mengakhiri pandangannya dengan mengingatkan pentingnya pemuda untuk tetap aktif dan kritis dalam menyikapi persoalan bangsa.
“Sebagai apa pun posisi kita di bangsa ini, terutama sebagai pemuda, kita tidak boleh abai pada permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini,” tutupnya.
Hadir juga daam diskusi ini, Mantan Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) KH As’ad Said Ali yang membuka diskusi sebagai keynote speaker. Kemudian sejumlah narasumber di antaranya Analis Intelijen, Politik dan Keamanan Internasional Marsekal Pertama TNI (Purn.) Muhammad Johansyah, Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan BudayaUniversitas Indonesia Lily Tjahyandari, serta Praktisi dan Pengamat Pendidikan dan Kebudayaan Alexander Gunawan Suryatmodjo. [Tp]