telusur.co.id - Kelompok pejuang Hizbullah Lebanon telah menunjuk Syeikh Naim Qassem sebagai pemimpin baru menggantikan Syahid Sayyid Hassan Nasrallah, yang gugur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, ibu kota Lebanon, pada bulan lalu.
Syeikh Qassem sebelumnya menjabat sebagai wasekjen Hizbullah, dan merupakan tokoh senior kelompok ini selama lebih dari tiga dekade. Pada hari Selasa (29/10/24) dia dipilih oleh Dewan Syura Hizbullah untuk memimpin organisasi yang berpusat di Lebanon tersebut.
“Dewan Syura Hizbullah telah menyetujui pemilihan Yang Mulia Syeikh Naim Qassem sebagai Sekjen Hizbullah, mempercayakan kepadanya panji yang diberkahi dalam perjalanan ini,” bunyi sebuah pernyataan Hizbullah, dikutip Presstv.
Penunjukan Qassem terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dan agresi genosida Zionis Israel terhadap Lebanon, yang sejauh ini telah menggugurkan sedikitnya 2.500 orang.
Syeikh Qassem mengambil alih kepemimpinan beberapa hari setelah pengumuman pembunuhan tokoh utama Hizbullah, Sayyed Hashem Safieddin, yang semula diduga kuat akan menggantikan Syahid Sayyid Hassan Nasrallah.
Syeikh Qassem juga telah lama menjabat sebagai juru bicara terkemuka Hizbullah, dan mewakili gerakan perlawanan rakyat ini di forum publik internasional dan tampil di media.
Pengalamannya yang luas, pemahaman yang mendalam tentang ideologi Hizbullah, dan keterampilan komunikasinya yang kuat telah menjadikannya sosok yang berpengaruh dan tokoh kunci dalam penyampaian pesan dan perspektif organisasi tersebut.
Singkatnya, Syeikh Qassem telah memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman publik tentang pendirian dan tindakan Hizbullah, baik secara regional maupun internasional.
Siapakah Syeikh Naim Qassem?
Syeikh Naim Qassem lahir pada tahun 1953 di Beirut dari keluarga yang berasal dari Kfar Fila, Lebanon selatan.
Dia menempuh pendidikan dalam disiplin ilmu agama dan sains. Dia belajar teologi di bawah bimbingan ulama terkemuka Ayatullah Sayyid Mohammad Hussein Fadlallah.
Di samping studi agamanya, Qassem memperoleh gelar sarjana kimia dari Universitas Lebanon, suatu gelar yang mencerminkan komitmennya untuk pertumbuhan intelektual dan beragam minat akademis.
Pemimpin baru Hizbullah ini berperan penting dalam mendirikan Serikat Mahasiswa Muslim Lebanon pada tahun 1970-an, dan menjadi salah satu anggota pendirinya.
Aktivitas politiknya dimulai dengan menjadi elemen Gerakan Amal Syiah Lebanon. Namun, Revolusi Islam 1979 di Iran sangat memengaruhi dirinya dan aktivis muda Syiah Lebanon lainnya, yang menyebabkannya berpisah dari Amal.
Syeikh Qassem memainkan peran penting dalam pembentukan Hizbullah, berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan penting yang mengarah pada pembentukan kelompok tersebut, dan sejak itu dia terus menjadi tokoh berpengaruh di dalamnya.
Pada tahun 1991, dia diangkat sebagai wasekjen oleh sekjen saat itu, Sayyid Abbas al-Musawi.
Selama bertahun-tahun, Syeikh Qassem menjabat sebagai koordinator umum untuk kampanye Hizbullah dalam pemilu parlemen, dimulai pada tahun 1992 ketika Hizbullah pertama kali mengikuti pemilu.
Dia juga merupakan sosok penulis yang produktif sehingga membuahkan sejumlah besar karya tulis, yang banyak di antaranya dicetak berulang kali, termasuk buku yang berjudul Hizbullah, Al-Manhaj, Al-Tajribah, al-Mustaqbal, atau Hezbollah, The Story from Within tahun 2005, yang memberikan perspektif orang dalam Hizbullah yang unik tentang sejarah dan operasi Hizbullah. Buku ini dianggap sebagai referensi yang bernas untuk memahami latar belakang dan dinamika gerakan tersebut, sehingga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Syeikh Naim Qassem adalah pendukung setia perjuangan perlawanan terhadap Zionis. Dalam pidatonya pada tanggal 15 Oktober 2024, dia bersumpah bahwa Hizbullah akan menghentikan kekuatan destruktif Israel, mendapatkan kembali kendali, dan memulihkan ketertiban, serta menyatakan keyakinannya bahwa perjuangan mereka pada akhirnya akan menang.
Komentar Presiden Iran
Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa menyatakan bahwa terpilihnya Syeikh Naim Qasem sebagai penerus Syahid Hassan Nasrallah akan “memperkuat perlawanan.”
“Saya yakin bahwa kehadiran tokoh cemerlang ini sebagai pemimpin (Hizbullah) akan memperkuat kehendak perlawanan,” tulis Pezeshkian dalam pernyataan yang dimuat di situsnya.
Dia juga mengungkapkan harapannya untuk “penghentian agresi entitas ilegal Zionis dan terwujudnya perdamaian, ketenangan dan keamanan ke Gaza, Lebanon dan kawasan secara keseluruhan.”
Di pihak lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di hari yang sama dilaporkan oleh surat kabar Israel Hayom berencana mengadakan pertemuan dengan para pemimpin badan-badan keamanan Israel untuk membahas kemungkinan diakhirinya perang di Lebanon dan pencapaian solusi politik.
Berita ini mengemuka manakala kerugian yang sangat besar dalam beberapa hari terakhir menimpa pasukan Israel di front Lebanon. [Tp]