Oleh: Suroto*
Pada tahun 1844 sejarah mencatat, Karl Marx mulai mendesiminasi gagasan komunismenya dengan terbitkan buku German Ideology. Lalu pada tahun yang sama Parlemen Inggris juga mengesahkan Undang Undang Perdagangan Saham Perusahaan. Pada tahun tersebut juga para Pioner Masyarakat Setara dari Rochdale, Inggris mendeklarasikan diri mereka.
Pioner Rochdale yang isinya 28 orang buruh dan aktifis itu mendeklarasikan diri dengan sekaligus membuka praktek penerapan kesetaraan manusia di sebuah perusahaan. Mereka membuka perusahaan sebuah toko yang jual sembako dan didirikan, dimodali dan dikelola oleh mereka sendiri. Toko tersebut hanya buka 2 jam dalam seminggu di hari Sabtu dari jam 8 - 10 malam.
Toko kecil yang awalnya hanya andalkan penerangan lilin itu diset dengan konsep dan prinsip perusahaan yang berbeda dengan tempat para buruh itu bekerja. Kalau di pabrik tempat mereka bekerja itu pengambilan keputusan perusahaan ada di tangan pemodal perusahaan atau para borjuis, di toko kecil mereka setiap orang yang jadi pemodal, pekerja, bahkan konsumenya itu memiliki hak yang setara satu orang satu suara untuk mengambil keputusan. One person, one vote!.
Tak hanya dalam pengambilan keputusan, mereka juga dalam membagi keuntungan perusahaan itu gunakan konsep yang sama sekali berbeda dengan pabrik tempat mereka bekerja. Konsep tersebut diberi nama " DIVY", yaitu pembagian keuntungan dari toko itu dasarnya selain perhitungkan soal kontribusi modal dari setiap orang juga bagikan keuntungan berdasarkan transaksi belanja mereka. Slogan " Buy More, Get More" atau belanja lebih banyak dapat lebih banyak mereka terapkan di toko mereka.
Toko tersebut terus berkembang dan bahkan menjadi inspirasi banyak tokoh tokoh dunia lainya untuk kembangkan konsepnya di sektor lain. Sebut misalnya seorang Walikota Westerwald Frederick Weilhem Raiffeisen yang kembangkan bank yang dimiliki nasabahnya pada tahun 1848. Lalu ada juga inspirasi 5 orang anak lulusan Sekolah Teknik Menengah dengan arahan seorang Pastur Jesuit yang bernama Jose Maria Arizmendiarrieta Masariaga untuk mendirikan perusahaan yang dimiliki para pekerjanya di Basque, Spanyol tahun 1956. Dari toko Pioner Rochdale itu juga telah menginspirasi perempuan perempuan petani pembaharu di Korea Selatan pada tahun 1997 yang
kembangkan perusahaan jadi milik banyak pihak seperti konsumen, produsen, dan juga pekerjanya.
Toko Rochdale itu memang sangat tidak elok jika dari awal disebut sebagai sebuah perusahaan. Sebab hanya buka 2 jam di malam hari satu minggu sekali. Tapi idenya yang sangat mendasar dengan letakkan kesetaraan bagi setiap orang untuk jadi pemilik perusahaan kepada semua yamg terlibat di perusahaan baik yang mendirikan, bekerja, memodali, dan bahkan yang hanya jadi konsumenya itu menurut saya sangat revolusioner.
Idenya tersebut saat ini telah diikuti oleh 1,3 milyard orang di lebih dari 100 negara. Mereka juga telah berhasil dirikan persekutuan organisasi internasional sejak 1895 yang bernama International Cooperative Alliance ( ICA) untuk saling belajar.
Model bisnis koperasi ini bahkan sudah masuk ke semua sektor. Dari sektor pemenuhan kebutuhan sehari hari, industri, perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan, pariwisata, telekomunikasi, hiburan, perumahan, dan bahkan ke layanan / barang publik seperti listrik, rumah sakit, sekolah, kampus dan lain lain. Dari 300 koperasi besar dunia sebagaimana dirilis oleh lembaga riset Euricse tahun 2022, dari 300 koperasi besar dunia putaran bisnisnya sama dengan Produk Domestik Bruto negara Italy yang kurang lebih 30.000 trilyun.
Saya melihat sendiri bagaimana gerakan ini berkembang di negara negara maju. Mereka bahkan menjadi penguasa ekonomi domestik di banyak negara. Sebut misalnya negara negara Skandinavia, Amerika, Korea, Canada, Jepang, Selandia Baru, India, Singapura, dan lain lain. Mereka begitu kuat dan tetap berbasis pada anggota-pemiliknya sebagai pemegang kedaulatan.
Sebut misalnya 10.500 peternak sapi perah yang bergabung di Koperasi Susu Fonterra di Selandia Baru yang kuasai pangsa pasar 35 persen produk susu dunia, mereka belum lama ini mendapat penghargaan sebagai People-Based Enterprises, perusahaan yang berbasis orang. Orang di tempatkan lebih tinggi dari modal. Para manajer hebat dan juga para intelektuil lulusan kampus bekerja mengabdi bagi pada peternak peternak lugu yang duduk sebagai Pengurus dari Koperasi.
Pada intinya apapun sektor bisnis yang dapat diselenggarakan oleh para kapitalis ortodok dapat dikembangkan oleh koperasi. Dimanapun dan oleh siapapun.
Kita sebetulnya juga sudah punya modalitas minimal untuk kembangkan kekuatan rakyat untuk membangun sistem masyarakat yang adil dengan konsep koperasi ini. Kita punya 270 penduduk, kita juga punya intelektuil yang masih mau mengabdikan ilmu pemgetahuanya buat rakyat banyak, aktifis reformis sosial yang hebat hebat. Kita juga masih punya suberdaya alam yang melimpah ruah untuk digali potensinya.
Sebagai contoh model kelembagaan minimal kita juga sebetulnya sudah ada. Sebut saja misalnya Gerakan Koperasi Kredit Indonesia atau Credit Union, bank yang dimiliki nasabahnya ini. Anggotanya saat ini sudah 4.3 juta orang yang tersebar sebetulnya di hampir setiap propinsi, namun karena rintisanya memang awalnya dikembangkan oleh aktifis gereja Katolik maka masih banyak terkonsentrasi di Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara. Modalitas lembaga tersebut juga telah mulai dikembangkan ke arah pemekaran ke koperasi sektor riil seperti koperasi konsumen, koperasi pertanian, koperasi jasa dll yang saat ini sedang dikembangkan di Kalimantan Barat dan dimana saya sendiri terlibat.
Menurut pengalaman saya sendiri, beberapa kunci keberhasilan mereka itu karena mereka dirikan perusahaan koperasi itu dengan cara sederhana untuk jawab kebutuhan secara natural dan jelas manfaatnya bagi anggota, mereka kembangkan sistem tata kelolanya dengan benar, mereka kembangkan program kerja yang realistis, dan yang utama adalah mereka membangunnya dengan cara kembangkan sistem pendidikan, yaitu pendidikan kesadaran rakyat bahwa mereka itu hidup dengan cara mandiri,bekerjasama, dan juga yang jelas memahami perbedaan nyata dari sistem demokrasi koperasi dan sistem kapitalisme.
Saya bermimpi, andaikan ada banyak cerdik pandai, para rohaniawan, tokoh tokoh masyarakat dengan segala keahlianya dan juga talentanya, mereka mau mengembangkan gerakan ini di mana mana dan di segala sektor, bekerjasama dan bersinergi, mereka mau promosikan habis habisan keberhasilanya, maka tentu yang namanya kapitalis oligarki yang menindas, mempengaruhi kebijakan politik kenegaraan, juga akan tersingkirkan dengan sendirinya. Kapan kita mulai?[***]
*) Ketua organisasi think thank AKSES san CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR Federation)