telusur.co.id - Salah satu fungsi MPR adalah sebagai rumah kebangsaan, rumah rakyat, rumah bagi seluruh bangsa Indonesia sehingga di MPR kita bisa menerima berbagai komponen masyarakat dengan ormas berragam, bila mereka ingin audiensi atau melaksanakan kegiatan untuk menguatkan NKRI, seperti yang dilakukan oleh pimpinan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) pada hari ini.
Menerima berbagai ormas yang legal, termasuk DDII menunjukan MPR terbuka bagi semua komponen bangsa. Di mana di komplek parlemen ini kita bisa bershilaturahmi, menerima aspirasi, berinteraksi dan berkolaborasi, hal yang merupakan bagian dari prinsip bermusyawarah dan menguatkan tradisi berdemokrasi.
Ungkapan demikian disampaikan oleh Wakil Ketua MPR Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid MA (HNW) selepas mengikuti prosesi ‘Pelepasan Dan Penugasan Guru Ngaji/Da’I’, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, 8 Agustus 2023.
Pada kegiatan yang bertema ‘Berkhidmat Membangun Negeri, Mengokohkan NKRI’ itu sebanyak 130 lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir dilepas secara simbolis untuk diberangkatkan berdakwah ke berbagai pedalaman dan pelosok negeri.
STID Mohammad Natsir sendiri merupakan lembaga pendidikan yang berada di naungan DDII sehingga dalam acara itu hadir Ketua Pembina DDII Prof. Dr. KH. Didin Hafinuddin M.Sc; Ketua Umum DDII Dr. H. Adian Husaini M.Si; dan Ketua Pengawas DDII Drs. Yusuf Djamal.
Kepada wartawan, HNW menyebut bangsa ini perlu diingatkan jasa2 para Pahlawan Bangsa, selain dengan ungkapan Bung Karno ; Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan/Meninggalkan Sejarah), juga dengan Jas Hijau (Jangan Sekali-kali Menghilangkan Jasa Ulama). Nah 2 ungkapan itu sangat pas disegarkan terkait dengan peran M Natsir, pendiri DDII. Karena sejatinya Bangsa dan Negara ini pernah mendapatkan sukses bukti perjuangan kebangsaan dan kenegarawanan tokoh Mohammad Natsir. Peran Mohammad Natsir yang sukses hadirkan kembali NKRI, sehingga teriakan kita sekarang adalah NKRI HARGA MATI, adalah monumen bersejarah yang sangat menentukan eksistensi dan masa depan Indonesia. Pada tanggal 3 April 1950, di hadapan rapat paripurna Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS), M Natsir menyampaikan Mosi Integral. Inti dari
Mosi itu ialah mengajak bangsa ini untuk kembali ke bentuk NKRI yang merupakan cita2 Indonesia Merdeka, sebagaiamana disepakati dalam UUD 45 Bab 1 pasal 1 ayat (1). Karena Belanda melalui KMB 26 Desember 1949, sudah merubah Indonesia menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Sehingga pada masa itu bentuk negara yang ada adalah RIS. “NKRI pada masa itu sudah dikubur oleh Belanda”, ujarnya.
Peran Mohammad Natsir yang menyatakan Mosi Integral itulah yang membuat Parlemen RIS dan Pemerintah mengapresiasi dan menyepakati perjuangan dan usulannya dalam mosi integralnya, sehingga Indonesia kembali menjadi NKRI setelah sebelumnya berbentuk RIS. “Nah ketika ada perguruan tinggi yang diprakarsai oleh Mohammad Natsir, STID, akan melakukan kegiatan di MPR, kami menyambut dengan suka cita”, ujar Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
HNW mengingatkan di Komplek Gedung MPR/DPR/DPD ini, dirinya bersama berbagai komponen bangsa pernah menandatangani usulan kepada pemerintah untuk menjadikan Tanggal 3 April sebagai Hari NKRI.
Disebutnya, bangsa ini sudah memiliki Hari Pancasila, Hari Konstitusi, Hari Ibu, Hari Anak, Hari Tani, Hari Bela Negara, dan lain sebagainya, namun belum memiliki Hari nasional untuk menguatkan spirit berNKRI. “Sudah ada beragam hari nasional namun belum ada Hari NKRI”, ujar alumni Pondok Pesantren Gontor itu. “Padahal NKRI adalah hal yang sangat kita pentingkan. Maka sewajarnya usulan adanya Hari NKRI tanggal 3 April, menjadi sangat relevan untuk terus diperjuangkan”tambahnya.
Dengan acara yang digelar DDII itulah, HNW mengatakan kegiatan itu juga untuk menguatkan usulan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan dengan serius agar Tanggal 3 April dijadikan sebagai Hari NKRI. “Agar kita betul-betul tidak melupakan sejarah, sekaligus juga tidak melupakan jasa para ulama pejuang yang juga pahlawan nasional, tapi juga untuk menguatkan spirit cinta dan bela NKRI”tutur pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.
Dengan adanya Hari NKRI diharapkan bangsa ini akan mempunyai ingatan kolektif, agar makin bisa berkontribusi mengokohkan, menjaga dan mensukseskan NKRI, apalagi ditengah berbagai tantangan globalisasi, agar NKRI yang jaya raya tetap bisa eksis dan diwariskan kepada generasi Indonesia Emas, saat mereka mensyukuri 100 tahun Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 2045 yang akan datang. Maka sudah sangat seharusnya bila Pemerintah menyetujui usulan tanggal 3 April sebagai Hari Nasional, Hari Konstitusi”pungkasnya.